Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Solidaritas, Yes! Kenapa?

18 November 2024   15:46 Diperbarui: 18 November 2024   15:47 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Teori Konflik oleh Lewis Coser

Coser menyatakan bahwa konflik dalam masyarakat tidak selalu destruktif, tetapi dapat memperkuat solidaritas jika dikelola dengan baik.

  • Konflik eksternal: Ancaman terhadap bangsa dapat menyatukan masyarakat, seperti pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
  • Konflik internal yang dikelola dengan bijak: Perbedaan pendapat atau gesekan antar kelompok bisa menjadi sarana untuk saling memahami, memperkuat kohesi, dan membangun hubungan yang lebih baik.

4. Teori Interaksi Simbolik oleh Herbert Blumer

Blumer menekankan pentingnya makna simbolik dalam membangun hubungan sosial. Dalam konteks solidaritas bangsa, simbol seperti lagu kebangsaan, lambang negara, dan upacara adat berperan memperkuat identitas kolektif.

  • Interaksi simbolik lintas budaya, seperti perayaan bersama hari nasional atau tradisi lintas agama, dapat membangun rasa kebersamaan.
  • Pentingnya shared meaning (makna bersama) dalam memperkuat hubungan antar kelompok yang berbeda.

5. Teori Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional membutuhkan kohesi sosial untuk menciptakan stabilitas. Tanpa kebersamaan, konflik sosial dapat menghambat program pembangunan. Dalam masyarakat dengan solidaritas tinggi, program pembangunan seperti pendidikan dan infrastruktur dapat diimplementasikan secara efektif karena masyarakat terlibat aktif dalam prosesnya.

II. Data yang Relevan

1. Indeks Perdamaian Global

Laporan Global Peace Index (2023) menempatkan Indonesia di peringkat 47 dari 163 negara. Ini menunjukkan tingkat stabilitas yang cukup baik, tetapi potensi konflik horizontal (antar suku, agama, atau kelompok) masih menjadi tantangan. Persatuan dan kebersamaan diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan peringkat ini.

2. Indeks Modal Sosial

Menurut laporan OECD (2022), modal sosial Indonesia cukup kuat karena tingginya tingkat gotong royong dan kerja sama masyarakat lokal. Namun, ketimpangan sosial dan ekonomi antar wilayah masih menjadi tantangan yang memerlukan upaya solidaritas yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun