Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengubah Wajah Dikdasmen dengan Deep Learning dan Literasi Teknologi, Arah Kebijakan Baru

13 November 2024   08:08 Diperbarui: 13 November 2024   08:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menddikdasmen. Kompas.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Dasar Teori:

  1. Deep Learning dalam Pendidikan
    Pendekatan deep learning dalam pendidikan bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap konsep-konsep inti, mendorong kemampuan berpikir kritis, serta mengaplikasikan pengetahuan di dunia nyata. Teori konstruktivisme, yang dikembangkan oleh para tokoh seperti Piaget dan Vygotsky, menyarankan bahwa siswa belajar lebih efektif ketika mereka aktif membangun pemahaman melalui pengalaman dan refleksi daripada sekadar menghafal (Bransford, Brown, & Cocking, 2000). National Research Council (2012) juga mendukung pendekatan ini, menyatakan bahwa metode deep learning membantu siswa untuk berpikir mandiri dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
  2. Literasi Teknologi sebagai Kebutuhan Masa Kini
    Menurut UNESCO (2021), keterampilan di bidang teknologi -- terutama yang berkaitan dengan AI dan coding -- semakin diperlukan di abad ke-21. Teknologi tidak hanya membantu siswa memahami dunia digital tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang cepat berubah. Laporan World Economic Forum (2020) menekankan bahwa kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk masa depan yang berorientasi pada inovasi, di mana keterampilan berpikir tingkat tinggi juga akan tumbuh bersama keterampilan teknis mereka.
  3. Mata Pelajaran Pilihan untuk Minat Khusus
    Pendekatan fleksibel yang memungkinkan siswa memilih mata pelajaran seperti AI dan coding memberi ruang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sesuai minat masing-masing. Teori pendidikan oleh John Dewey (1938) mendukung model ini, dengan menunjukkan bahwa kebebasan dalam belajar dapat meningkatkan motivasi siswa. Siswa yang merasa belajar sesuai minat biasanya lebih termotivasi dan berhasil (Ryan & Deci, 2000), sehingga kebijakan ini bisa mendorong mereka untuk mendalami bidang yang relevan bagi masa depan.

Dasar Data:

  1. Kebutuhan Keterampilan Digital di Indonesia
    Laporan McKinsey (2021) memproyeksikan bahwa lebih dari 55% pekerjaan masa depan akan membutuhkan keterampilan digital seperti AI, data analitik, dan pemrograman. Di ASEAN, ekonomi digital diperkirakan akan bernilai lebih dari $300 miliar pada 2025, dan Indonesia perlu segera meningkatkan keterampilan digital dalam pendidikan agar dapat bersaing di kawasan ini.
  2. Tingkat Kemampuan Teknologi Nasional
    Menurut Survei Nasional Angkatan Kerja (BPS, 2022), hanya sekitar 30% dari angkatan kerja Indonesia yang memiliki keterampilan digital dasar. Mengajarkan AI dan coding sejak dini dapat mempercepat peningkatan literasi digital ini, menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi era digital.
  3. Kesiapan Guru dalam Pengajaran Teknologi
    Data Kemendikbudristek (2023) menunjukkan sekitar 60% guru masih merasa kurang menguasai teknologi digital. Kebijakan ini kemungkinan akan mencakup pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan pengajaran teknologi, memastikan guru siap mengajarkan materi berbasis deep learning dan teknologi terbaru.
  4. Studi Kasus Deep Learning di Finlandia
    Studi OECD (2022) tentang penerapan deep learning di Finlandia menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah sebesar 15% setelah menggunakan metode ini. Indonesia dapat mengambil pelajaran dari keberhasilan negara lain yang menerapkan metode serupa untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih baik di dalam negeri.

Dengan dasar teori dan data ini, kebijakan Mendikdasmen yang dipimpin Prof. Abdul Mu'ti mengisyaratkan langkah nyata menuju perubahan positif. Langkah ini tak hanya akan meningkatkan kemampuan teknis siswa, tetapi juga menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global, dengan pendidikan yang lebih bermakna dan berorientasi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun