Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bolehkah Menamai Kurikulum Deep Learning?

11 November 2024   15:28 Diperbarui: 11 November 2024   15:31 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilystrabpmpkalteng.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Kurikulum adalah elemen inti dalam pendidikan yang menentukan tujuan dan pendekatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Di era teknologi, muncul berbagai pendekatan baru, salah satunya adalah deep learning, yang sering dikaitkan dengan kecerdasan buatan. Namun, apakah tepat dan relevan jika "Deep Learning" digunakan sebagai nama kurikulum?

1. Memahami Deep Learning dalam Konteks Teknologi dan Pendidikan

Dalam teknologi, deep learning adalah cabang dari machine learning yang melibatkan jaringan saraf tiruan untuk mengenali pola dalam data kompleks. Melalui metode ini, komputer dapat "belajar" secara mandiri, tanpa campur tangan manusia, dengan mengenali pola yang semakin dalam melalui data.

Dalam konteks pendidikan, deep learning juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang mendalam, di mana siswa memahami materi secara menyeluruh dan menerapkan pengetahuan mereka pada situasi nyata (Mezirow, 1991). Dalam teori pembelajaran konstruktivis, pemahaman mendalam terjadi ketika siswa membangun pengetahuan bermakna melalui pengalaman aktif (Piaget, 1977).

2. Kurikulum Deep Learning: Apakah Tepat dan Relevan?

Menamai kurikulum dengan istilah "Deep Learning" menarik, terutama di era digital, karena menyiratkan pendekatan yang berbeda dan berorientasi pada inovasi. Data menunjukkan bahwa pembelajaran mendalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan problem-solving siswa. Sebagai contoh, sebuah penelitian dalam International Journal of Educational Research menemukan bahwa pendekatan deep learning dalam pembelajaran meningkatkan pemahaman analitis siswa hingga 30% dibandingkan metode pembelajaran dangkal (Marton & Slj, 1976).

Namun, penggunaan istilah ini dapat menimbulkan kebingungan, karena "Deep Learning" sering kali dikaitkan dengan teknologi kecerdasan buatan. Beberapa ahli pendidikan menyarankan nama yang lebih deskriptif, seperti "Kurikulum Pembelajaran Mendalam" atau "Kurikulum Pemahaman Berkelanjutan," agar maksudnya lebih jelas.

3. Kesimpulan: Nama sebagai Identitas, Isi sebagai Esensi

Menamai kurikulum dengan istilah "Deep Learning" sah-sah saja, asalkan istilah ini sesuai dengan konteks pendidikan dan tidak membingungkan. Lebih penting lagi, pendekatan mendalam yang diterapkan dalam kurikulum memang harus menghadirkan pemahaman yang lebih luas, berpikir kritis, dan keterampilan pemecahan masalah. Nama hanyalah label; kualitas dan kebermaknaan pembelajaran adalah inti dari tujuan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun