Dengan mempertimbangkan data hasil PISA dan TIMSS, teori tentang peran guru, ketimpangan infrastruktur, serta pentingnya standarisasi dan pendidikan karakter, tampak jelas bahwa Kurikulum Merdeka memerlukan evaluasi menyeluruh. Selain itu, kegagalan program Guru Penggerak menunjukkan bahwa upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui inovasi ini tidak cukup efektif.
Rekomendasi yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Hentikan Kurikulum Merdeka: Menerapkan kurikulum baru yang berbasis kompetensi internasional untuk meningkatkan literasi, numerasi, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Sebuah kurikulum yang lebih terstruktur dan berorientasi hasil perlu diperkenalkan, dengan penekanan pada pembelajaran yang sistematis dan pengukuran yang jelas terhadap capaian siswa.
- Bubarkan Program Guru Penggerak: Menghentikan program Guru Penggerak yang tidak efektif dan menggantinya dengan program pengembangan profesional yang lebih terarah dan berkelanjutan, didukung oleh mentoring dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan.
- Perkuat Infrastruktur Pendidikan: Mengatasi ketimpangan fasilitas pendidikan dengan meningkatkan akses ke teknologi dan sumber daya, khususnya di daerah terpencil. Ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung bagi siswa dan guru.
- Evaluasi dan Monitoring yang Ketat: Mengimplementasikan sistem evaluasi dan monitoring yang ketat untuk menilai efektivitas kurikulum dan program-program pendidikan. Data yang akurat dan analisis mendalam diperlukan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam sistem pendidikan Indonesia.
Dengan melakukan langkah-langkah ini, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan, sehingga siswa dapat bersaing di tingkat internasional dan menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H