Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Ujian Nasional Akan Kembali? Menelusuri Peluang dan Tantangan

29 Oktober 2024   17:52 Diperbarui: 29 Oktober 2024   17:54 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian di Komisi X DPR RI, Jakarta, Selasa (29/10/2024).(KOMPAS.com/Rahel)

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Dalam sebuah pernyataan yang mencuri perhatian, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyatakan keterbukaannya terhadap kemungkinan kembalinya pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Saat ditemui di Komisi X DPR RI, Jakarta, pada Selasa (29/10/2024), Hetifah menekankan bahwa setiap perubahan dalam dunia pendidikan haruslah dilihat dari berbagai sudut pandang, terutama demi kepentingan siswa.

Memahami Konteks Kembalinya Ujian Nasional

"Jika Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, berencana mengembalikan UN, kami siap mendiskusikannya," ujar Hetifah. Namun, ia mengingatkan agar tujuan dari UN tersebut jelas, baik sebagai penentu kelulusan maupun sebagai alat untuk mendapatkan data komparatif mengenai kondisi pendidikan di berbagai daerah.

Dalam konteks ini, pentingnya data pendidikan nasional tak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam kualitas pendidikan, dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan bahwa hanya 58% dari anak-anak usia 15 tahun yang mencapai standar literasi yang memadai. Hal ini menunjukkan perlunya mekanisme evaluasi yang efektif untuk memahami kondisi pendidikan di berbagai daerah.

Dampak Psikologis dan Praktis UN

Namun, Hetifah juga menyoroti dampak emosional yang dialami siswa. "Kami tidak ingin UN menjadi momok yang menakut-nakuti anak-anak. Kita semua ingat, bagaimana stres dan kecurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaan UN sebelumnya," tambahnya. Data dari penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta menunjukkan bahwa 70% siswa mengalami stres yang signifikan selama pelaksanaan UN, yang berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Penghapusan UN pada masa kepemimpinan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menunjukkan adanya keinginan untuk mencari alternatif yang lebih konstruktif dan berfokus pada pembelajaran. Sekarang, Abdul Mu'ti mengisyaratkan kehati-hatian dalam mempertimbangkan setiap kebijakan, termasuk potensi kembalinya UN. "Kami akan melihat semuanya dengan seksama," ungkap Mu'ti dalam pernyataannya di Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.

Kurikulum Merdeka dan Tantangan Kebijakan

Dengan masih hangatnya diskusi mengenai pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang baru diterapkan, pertanyaan mengenai UN menjadi semakin kompleks. Apakah kita siap untuk mengembalikan sistem yang telah dianggap bermasalah? Teori pendidikan kontemporer, seperti konstruktivisme, menekankan pentingnya pembelajaran yang berorientasi pada siswa, di mana penilaian harus mencerminkan proses belajar yang holistik dan bukan sekadar hasil ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun