Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Filosofis Merdeka Belajar, Apakah Mengikuti Langkah Ki Hajar Dewantara?

29 Oktober 2024   04:08 Diperbarui: 29 Oktober 2024   04:43 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
logo kementerian pendidikan.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Merdeka Belajar telah menjadi landasan reformasi pendidikan di Indonesia, dirancang untuk mendorong kemandirian belajar dan kreativitas siswa.

Namun, konsep ini mendapat kritik dari beberapa tokoh pendidikan, termasuk Prof. Abdul Mu'ti, --- (sekarang, Mendikdasmen), yang menyoroti perbedaan antara filosofi Merdeka Belajar yang diusung pemerintah pada saat itu, dengan nilai-nilai pendidikan yang diamanatkan oleh Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia (detikEdu, Jumat, 25 Okt 2024 18:00 WIB).

Mu'ti mempertanyakan apakah konsep ini benar-benar sesuai dengan prinsip pendidikan yang ditanamkan oleh Dewantara atau malah melenceng dari makna "merdeka" dalam filsafat pendidikan aslinya.

Mengapa Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Penting?

Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sarana membebaskan jiwa, bukan sekadar membekali keterampilan atau pengetahuan akademis.

Dalam pandangan Dewantara, pendidikan harus membantu anak menemukan jati diri, merdeka dalam berpikir, dan memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial.

"Merdeka" dalam konteks ini bukan hanya tentang kemandirian belajar, tetapi juga tentang kebebasan berkepribadian dan berkebudayaan dalam konteks masyarakat yang harmonis.

Pendekatan ini sejalan dengan teori pendidikan humanistik yang diusung oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow, yang menempatkan individu sebagai pusat dari proses pembelajaran dan melihat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai aktualisasi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun