OLEH: Khoeri Abdul Muid
Persahabatan, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai filosofi kehidupan, bagaikan kepompong yang indah. Ia memerlukan proses transformasi, mengubah larva menjadi kupu-kupu yang cantik. Namun, perjalanan menuju keindahan itu tidaklah mudah. Dalam konteks Islam, kita diajarkan untuk menjaga dan merawat hubungan dengan sesama, termasuk dalam persahabatan. Firman Allah SWT dalam Al-Hujurat (49:10) mengingatkan kita bahwa "Sesungguhnya, orang-orang beriman itu bersaudara."
Mengawali perjalanan dalam lorong larva, persahabatan membutuhkan perhatian, kesabaran, dan kedewasaan. Dalam fase-fase kehidupan yang beragam, dari masa muda hingga tua, kita dituntut untuk tumbuh dan berkembang, tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai sahabat yang saling mendukung. Sahabat-sahabat saya, seperti Maya, yang telah menemani perjalanan ini, adalah contoh nyata dari ikatan yang terjalin dalam waktu.
Ketika itu saya membersamai Bu Doktor Prat, guru besar sekaligus kolega cerdas saya. Dalam reuni SPG yang baru saja kami adakan, ketidakhadiran saya bersama Maya menjadi perbincangan hangat. Itu adalah momen reflektif yang menyadarkan saya akan arti pentingnya kehadiran dalam hidup satu sama lain. Persahabatan sejati adalah ketika kita saling mengisi kekurangan dan menguatkan satu sama lain, meskipun jarak dan waktu memisahkan. Dalam hal ini, sahabat tidak hanya menjadi teman berbagi tawa, tetapi juga tempat bersandar saat air mata mengalir.
Dalam lorong waktu yang panjang, saya belajar untuk bersyukur. Rasa syukur menjadi pondasi yang kuat dalam menjalin persahabatan. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya bersyukur atas nikmat yang kita terima, termasuk nikmat memiliki sahabat sejati. Dalam setiap tawa dan tangis yang tumpah, ada pelajaran berharga yang menyadarkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam perjalanan hidup ini. Ada tangan-tangan yang siap menggenggam, bahu-bahu yang siap disandari, dan percik tawa yang mengalir tanpa rasa takut.
Dari perspektif filsafat, Friedrich Nietzsche mengatakan, "Ada lebih banyak kebahagiaan dalam berbagi." Pernyataan ini mencerminkan esensi persahabatan yang tulus. Dalam kebersamaan, kita menemukan kebahagiaan yang mendalam. Setiap momen yang dibagi dengan sahabat-sahabat, seperti Rina, Budi, dan Andi, adalah potongan berharga dalam mosaik kehidupan. Kita membangun kenangan yang akan terus dikenang, dan semangat positif dalam diri masing-masing.
Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk selalu membuat afirmasi positif setiap hari. Dalam setiap langkah, kita harus memaknai setiap momen sebagai anugerah. Dengan begitu, niscaya kita akan selalu merasa bahagia. Setiap pertemuan, setiap tawa, dan setiap air mata adalah bagian dari perjalanan yang indah. Inilah yang membuat hidup ini lebih berwarna, dengan segala suka dan duka yang menghiasi jalanan kita.
Akhir kata, mari kita jaga dan rawat persahabatan ini, dengan segala kompleksitas dan keindahannya. Karena, di balik setiap perjalanan, ada sahabat yang siap menemani, dan di situlah letak keindahan sejati. Cheers untuk semua sahabat yang telah menemani perjalanan hidup ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H