OLEH: Khoeri Abdul Muid
Sejati, hidup ini penuh warna. Dalam setiap detik yang berlalu, kita disuguhkan oleh nuansa yang berbeda---ada serius, canda, suka, dan lara. Semua itu seperti palet cat yang terhampar di depan kita, siap untuk diolah menjadi lukisan yang indah. Dalam pandangan Islam, kehidupan ini adalah ujian yang menguji keteguhan iman dan karakter kita. Setiap warna yang kita temui---baik atau buruk---adalah bagian dari takdir yang telah digariskan oleh Sang Khalik.
Seperti dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain." (Al-Furqan: 20). Setiap kesedihan adalah pelajaran, dan setiap kebahagiaan adalah nikmat. Ketika kita mengalaminya, kita belajar bahwa setiap momen membawa makna. Dalam filsafat, ini sejalan dengan pemikiran eksistensialis, di mana kita dituntut untuk menciptakan makna dalam hidup kita sendiri. Dalam setiap tawa dan tangis, kita mengukir kisah hidup yang unik, mengingat bahwa kita memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana merespons setiap situasi.
Di panggung kehidupan, kita tampil sebagai aktor utama. Saat canda dan tawa menggema, kita berusaha untuk memberikan penampilan terbaik---totalitas dalam setiap adegan. Kita mengingat sabda Rasulullah: "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi). Canda dapat menjadi jembatan yang menghubungkan hati, meredakan ketegangan, dan menambah warna-warni dalam interaksi sosial kita.
Namun, hidup juga tidak selalu cerah. Ada lara yang menyertai perjalanan ini. Kesedihan sering kali datang tiba-tiba, seperti badai yang merobek langit biru. Dalam Islam, kita diajarkan untuk bersabar dan bersyukur. Allah berfirman, "Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan." (Al-Insyirah: 6). Di sini, kita menemukan bahwa setiap lara membawa hikmah dan pelajaran berharga yang akan memperkuat jiwa kita.
Lalu, saat kita tampil di panggung media sosial---dalam hal ini, TikTok---kita menyaksikan reaksi penonton yang beragam. Ketika itu saya membersamai Bu Doktor Prat, guru besar sekaligus kolega cerdas saya. "Sudah 100 ribu viewer!" seru kita dengan rasa bangga, meski sedikit tertegun. "Alamak, jadi gemblak!" Kita tertawa. Di sinilah seni berinteraksi dengan publik menjadi penting; kita menyerahkan hasil pertunjukan kita kepada pemirsa. Namun, kita juga belajar untuk tidak terjebak dalam ekspektasi mereka. Seperti dalam teori permainan, hasil tidak selalu mencerminkan usaha. Yang terpenting adalah proses, bukan hanya hasil akhir.
Dengan semua warna yang ada, kita diingatkan untuk menikmati perjalanan. Hidup adalah tentang bagaimana kita meresapi setiap detik, tidak hanya dalam suka tetapi juga dalam lara. Ketika kita membuka hati dan pikiran kita, kita menemukan keindahan dalam keberagaman.
Jadi, mari kita nikmati saja. Kita bisa menari, tertawa, atau bahkan merenung. Dalam panggung kehidupan ini, setiap warna memiliki perannya sendiri. Kita adalah penari, penyanyi, dan seniman dalam orkestra agung yang diciptakan oleh Allah. Dalam setiap warna, ada makna yang bisa kita pelajari, dan dalam setiap pengalaman, ada kesempatan untuk tumbuh.
Hidup memang penuh warna---setiap nada, setiap gerakan, setiap senyuman dan air mata---adalah bagian dari melodi kehidupan yang harus kita syukuri dan nikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H