Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Jejak Ilahi dalam Pencarian Bima

27 September 2024   04:27 Diperbarui: 27 September 2024   04:39 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
javanologi.uns.ac.id

Karya: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Arya. Dia selalu merasa ada yang hilang dalam hidupnya, meskipun di sekelilingnya, kehidupan tampak baik-baik saja. Ayahnya seorang petani, ibunya seorang penenun. Kehidupan Arya sederhana namun penuh kedamaian. Namun, jauh di dalam dirinya, ada kegelisahan yang tak bisa ia pahami. Setiap malam, ia termenung menatap langit, bertanya-tanya tentang makna hidupnya.

Suatu malam, dalam tidurnya yang gelisah, Arya bermimpi. Ia melihat dirinya berada di tengah hutan yang lebat, berjalan tanpa arah. Di hadapannya berdiri sosok besar dengan wajah yang kuat dan tegas---Bima, salah satu kesatria Pandawa. Bima tampak seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa yang kau cari, Arya?" tanya Bima dalam mimpi itu.

Arya, yang terkejut karena merasa Bima berbicara langsung padanya, hanya terdiam sejenak. "Aku... aku tidak tahu. Sepertinya ada sesuatu yang hilang dalam hidupku, tapi aku tidak tahu apa itu," jawab Arya pelan.

Bima menatapnya dalam-dalam, seolah-olah bisa membaca setiap pikiran di kepala Arya. "Aku juga mencari sesuatu," kata Bima, "Air kehidupan, tirta perwitasari, yang bisa memberiku kebijaksanaan dan keabadian."

Mimpi itu begitu nyata bagi Arya hingga ia merasa tersentuh dalam, seolah-olah ada pesan penting yang hendak disampaikan. Keesokan harinya, ia tidak bisa melupakan mimpi tersebut. Bayangan Bima dan perjalanan pencarian air kehidupan terus menghantui pikirannya. Arya merasa bahwa, seperti Bima, ia juga harus memulai pencarian. Tapi apa yang ia cari? Apakah itu kebijaksanaan? Atau mungkin Tuhan?

Seiring berjalannya waktu, Arya semakin tenggelam dalam pemikirannya. Ia mulai merenungi naluri terdalam yang ada dalam dirinya---keinginan untuk menemukan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Ia teringat pelajaran dari masa kecilnya, ketika ibunya pernah berkata, "Setiap manusia memiliki titik kebertuhanan dalam dirinya, jejak ilahi yang membimbing kita pada Sang Pencipta."

Ia mulai memahami bahwa kegelisahannya adalah panggilan dari jejak ilahi itu---naluri kebertuhanan yang membedakan manusia dari makhluk lain. Tuhan telah melukiskan naluri tersebut dalam dirinya sejak awal, seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran yang pernah ia dengar: "Dialah yang melukis kalian di dalam rahim sesuai kehendak-Nya" (QS Ali Imran: 6).

Arya memutuskan untuk mengikuti jejak pencarian Bima. Seperti Bima, ia merasa bahwa perjalanan ini tidak hanya tentang mencari sesuatu di luar dirinya, melainkan juga menemukan apa yang sudah tertanam dalam dirinya. Seiring berjalannya waktu, ia semakin menyadari bahwa pencarian ini bukan tentang menemukan Tuhan di luar sana, melainkan mengenali Tuhan yang sudah ada di dalam dirinya.

Dalam perjalanan batinnya, Arya terus mengingat kisah Bima bertemu Dewa Ruci. Dalam kisah itu, Bima yang gagah berani akhirnya menemukan kebenaran ketika ia menyelam ke dalam tubuh Dewa Ruci---sebuah sosok kecil yang tidak tampak signifikan. Namun, di dalam tubuh kecil itulah Bima menemukan alam semesta yang luas dan kebijaksanaan yang tak terhingga. Arya mulai memahami bahwa, seperti Bima, ia juga harus menyelami dirinya sendiri untuk menemukan Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun