Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Rektor sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring] E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayub: Ujian dari Langit

23 September 2024   17:51 Diperbarui: 23 September 2024   17:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cendekiamuslim.org.id

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di suatu masa yang jauh sebelum nama Kristus dikenal, di tanah Hauran yang gersang, hidup seorang pria bijaksana dan saleh bernama Ayub. Hidupnya dipenuhi keberkahan---ternak yang melimpah, ladang yang luas, dan anak-anak yang mencintainya. Ayub dikenal bukan hanya karena kekayaannya, melainkan juga karena kesalehannya yang tak tergoyahkan. Semua orang tahu bahwa Ayub adalah pria yang setia pada Tuhan, seseorang yang selalu bersyukur, baik dalam keadaan senang maupun sulit.

Namun, ketenangan itu segera berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan.

Di langit sana, para malaikat berkumpul menghadap Tuhan. Di antara mereka, ada sosok gelap yang selalu membawa kebencian---iblis, Dheabolos. Dengan senyum licik, ia mendekati Tuhan dan berkata, "Ayub memang tampak setia kepada-Mu, tapi itu hanya karena Engkau melindunginya. Coba Engkau ambil semua yang dimilikinya, maka dia pasti akan mengutuk-Mu."

Tuhan, dengan kebijaksanaan yang mendalam, menjawab, "Ayub adalah hamba-Ku yang setia. Engkau boleh mengujinya, tapi jangan sentuh nyawanya."

Maka, dimulailah ujian yang mengerikan.

Dalam satu hari, seluruh kekayaan Ayub musnah. Angin badai meruntuhkan rumahnya, membunuh anak-anaknya. Ladangnya terbakar, dan ternaknya mati satu per satu. Hanya dalam hitungan jam, Ayub yang dulunya kaya raya kini duduk di atas tanah yang kering, ditinggalkan dengan puing-puing hidupnya yang dulu penuh kemakmuran.

Tetapi Ayub, dengan kesabaran yang luar biasa, tidak mengutuk Tuhan. Dengan air mata yang menetes di pipinya, ia berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan."

Namun, penderitaannya belum selesai. Iblis, yang tidak puas dengan ujian pertama, kembali ke hadapan Tuhan. "Ayub masih tetap setia, karena tubuhnya belum disentuh. Izinkan aku mengujinya lagi," desak iblis.

Tuhan memberi izin, dan Ayub pun didera penyakit yang mengerikan. Tubuhnya dipenuhi borok-borok menyakitkan, kulitnya melepuh, dan rasa sakit yang tak tertahankan memburunya siang dan malam. Dalam kesendiriannya, ia duduk di atas tumpukan abu, menggaruk luka-lukanya dengan pecahan genting, mencoba menenangkan rasa perih yang tak henti-henti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun