Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Pohon Hayat

23 September 2024   14:10 Diperbarui: 23 September 2024   14:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Malam itu, di sebuah desa kecil di tepi sungai yang tenang, sekelompok orang berkumpul di sekitar api unggun. Suara angin malam dan suara api yang berkobar menjadi latar belakang diskusi yang hangat. Mereka membahas berbagai topik spiritual dan keagamaan, namun malam ini, diskusi itu akan mengarah ke sesuatu yang lebih dalam.

Seorang ulama tua bernama Abdurrahman, dengan janggut putihnya dan mata yang penuh hikmah, memulai percakapan. "Saudaraku, mari kita renungkan sebuah ayat dalam Al-Qur'an tentang pohon khasana," katanya, menatap murid-muridnya. "Dalam QS Ali Imron, Allah menyebutkan pohon ini ditanam di hati Mariyam binti Imron. Namun, apa sebenarnya pohon khasana itu?"

Ketenangan malam seolah menahan nafas saat para murid saling bertukar pandang. Idris, seorang pemuda bersemangat, mengangkat tangan. "Apakah pohon khasana ini hanya berarti kebaikan dalam hati Mariyam? Apakah artinya hanya Mariyam yang hatinya dipenuhi dengan kebaikan?"

Abdurrahman tersenyum, mengangguk dengan bijaksana. "Tidak, Idris. Pohon khasana bukan hanya kebaikan individual. Ia simbol dari nilai-nilai universal yang dapat tumbuh dalam setiap hati."

Ia melanjutkan dengan syair berbahasa Jawa yang sering dinyanyikan setelah adzan. "Oyot syahadat wite iman, Godhong sholawat wohe dzikir, Kembange puji pujian." Suara Abdurrahman menembus kegelapan, menghangatkan hati yang hadir.

"Pohon ini adalah simbol iman dan amal shalih," lanjutnya. "Akar adalah syahadat, batang adalah iman, daunnya sholawat, dan bunganya pujian. Kebaikan ini dapat tumbuh di mana saja, dalam siapa saja yang memiliki hati bersih."

Seorang wanita tua, Ummu Aisha, menambahkan dengan suara lembut, "Kita semua memiliki potensi untuk menumbuhkan pohon khasana dalam hati kita. Dengan syahadat, iman, sholawat, dan pujian, kita menyuburkan kebaikan ini."

Namun, tidak semua orang setuju dengan pandangan Abdurrahman. Dari kerumunan, seorang pemuda bernama Malik, yang dikenal skeptis dan kritis, berdiri. "Tetapi, Abdurrahman, bagaimana dengan kenyataan di desa kita? Di antara kita, ada yang berbuat jahat dan korupsi. Apakah pohon ini masih dapat tumbuh di hati mereka?"

Ketegangan terasa di udara. Abdurrahman menghadap Malik dengan tenang. "Kebaikan tidak akan tumbuh dalam hati yang dipenuhi kebencian dan keangkuhan. Namun, justru dalam keadaan gelap itulah kita perlu menyalakan cahaya iman. Setiap amal shalih, sekecil apa pun, adalah bibit yang dapat menyuburkan pohon khasana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun