Beberapa minggu kemudian, hasilnya mulai terlihat. Para siswa tak lagi menggunakan gadget hanya untuk bermain. Mereka lebih sering membuat vlog, menulis opini, dan mengunggah puisi mingguan. Bahkan, komentar yang muncul di akun media sosial mereka semakin positif dan membangun.
Dalam menerapkan program ini, Pak Kamzodinata teringat akan ajaran agama yang mengedepankan etika dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi. Bahwa seseorang yang tidak memiliki akhlak yang baik, tidak ada manfaatnya ilmunya. Ajaran ini menekankan pentingnya karakter baik dan etika dalam menyampaikan pengetahuan, termasuk dalam penggunaan teknologi.
Di akhir semester, Pak Kamzodinata merasa bangga melihat perubahan yang terjadi di sekolahnya. "Anak-anak kita bukan hanya melek teknologi, tapi juga punya karakter yang baik," gumamnya puas.
Program literasi digital yang ia gagas telah berhasil menumbuhkan semangat berkarya dan sikap bijak dalam menggunakan teknologi di kalangan siswa dan guru. Pak Kamzodinata yakin, inilah awal dari terbentuknya generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter di era digital sehingga tidak bikin gatal, ya, "digital no digatel", sesuai dengan ajaran agama tentang pentingnya akhlak yang baik dalam segala aspek kehidupan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H