Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Rektor sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring] E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal Hafalan UN Dikurangi, Sekolah Perlu Persiapan Khusus?

4 Maret 2014   23:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6

Menciptakan, sebuah proses yang tidak termasuk dalam taksonomi yang lebih dulu, adalah komponen tertinggi dari versi yang baru ini. Kecakapan ini melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai hal secara bersama untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Agar berhasil menghasilkan sesuatu yang baru, para pelajar membangkitkan, merencanakan dan menghasilkan.

UN DAN TAKSONOMI BLOOM

Sebagaimana dilansir media massa bahwa pemerintah akan mengurangi porsi soal yang bersifat hafalan dalam Ujian Nasional (UN).  Soal-soal dalam UN akan ditekankan pada kemampuan siswa dalam memberikan jawaban secara analisis dan berpikir (Suaramerdeka.com, 4/3).

Kebijakan semacam ini amat sangat terlambat dan bukan merupakan langkah perbaikan pembelajaran yang mendasar. Sebab sedari dulu kurikulum Indonesia sudah mengadopsi taksonomi Bloom, dan UN seharusnya tidak terpaku pada ranah kognitif saja. Dan, jangan salah, hafalan juga proses berfikir. Hanya saja hafalan merupakan proses berfikir pada level rendah namun tetap saja penting sebagai prasyarat berfikir level-level berikutnya, termasuk level analisis.

Mengomentari kebijakan perubahan level berfikir pada soal-soal UN tersebut, Drs Sri Harmianto MPd, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), sebagaimana dilansir Suaramerdeka.com, Selasa (4/3), mengatakan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah tersebut merupakan langkah bagus.  Apalagi itu merupakan amanah yang harus diterapkan dalam kurikulum baru tahun 2013.

Dan, sebagaimana saya katakan di depan bahwa cara fikir semacam ini sebenarnya tidak hanya ada pada kurikulum 2013 saja, kurikulum-kurikulum sebelumnyapun mensyaratkan pembelajaran yang memaksimalkan cara fikir yang komprehensif. Hanya saja implementasinya yang keliru, bahwa level berfikir tingkat tinggi bukan hanya cocok untuk siswa jenjang tinggi saja.

UJI COBA?

Try out atau uji coba UN merupakan ritual wajib dan biasa-bisa saja pada setiap menjelang UN. Namun, akan terasa aneh jika terkait kebijakan penaikan level berfikir tersebut kemudian ada pendapat bahwa sebelum diterapkan perlu dilakukan persiapan lebih dulu, salah satunya dengan melakukan uji coba agar sekolah dan siswa tidak kaget. Katanya, ini penting mengingat kebijakan tersebut merupakan hal yang baru.

Pertanyaannya adalah kenapa uji coba berfikir level tinggi pada UN terlalu penting?Kenapa kaget? Kenapa baru? Sebab, kalau kaget, berarti dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) selama ini siswa tidak dibiasakan pada berfikir secara komprehensif, mulai yang terendah hinggi level tinggi.

Lebih parah lagi bila dalam uji coba itu siswa diberi penjelasan tentang model jawaban yang harus diberikan saat menjawab pertanyaan dalam soal uji coba, bahwa bila selama ini siswa terbiasa memberikan jawaban yang pendek atau hanya dua hingga tiga baris. Maka dalam uji coba, mereka harus diberitahu agar memberikan jawaban yang panjang dengan menggunakan pendekatan analisis dan berpikir? Penjelas seperti ini bisa menyesatkan, sebab jawaban panjang belum tentu hasil berpikir analisa, demikian pula sebaliknya.

NILAI PLUS BERPIKIR ANALISIS

Dengan peningkatan level berfikir pada soal UN yang notabene uji kognitif belaka ini, tentu tetap saja ada baiknya, yakni akan terciptanya generasi yang memiliki cara berfikir yang lebih berkualitas.

Di samping itu, saya setuju bahwa dengan adanya penekanan pada kemampuan siswa dalam memberikan jawaban analisis, maka secara otomatis siswa dituntut untuk lebih banyak membaca materi pelajaran. Karena bila siswa membaca buku yang banyak, maka ia akan mampu memberikan jawaban dengan analisa yang baik.

Selamat mempersiapkan siswa menghadapi UN, rekan-rekan guru dan selamat belajar para siswaku. Do’aku, sukses selalu menyertaimu. Amiin.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun