Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenapa TIDAK Ikhlas Nyoblos?

9 April 2014   03:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pilleg yang insyaalloh diadakan 9 April 2014 besok merupakan ritual 5 tahunan pemilihan pemimpin berdasar proses musyawarah ---setidaknya saat penetapan regulasinya--- dan keterwakilan rakyat yang dijadikan dan menjadi imam rakyat.

Bahwa negara (NKRI) berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan berdasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karenanya tepat kiranya NKRI disimbolkan sebagai Garuda (emas) Pancasila, yakni negara merdeka yang berjaya setinggi-tingginya dengan cara beriman dan beramal sholeh (kebenaran), berteriak kearah kanan dengan iman hablumminalloh (berketuhanan) yang ditopang ranah hablumminannas (berkemanusiaan) yang bersatu (ukhuwwah), bermusyawarah/berperwakilan, dan berkeadilan sosial. Nurcahya bintang disangga oleh kokohnya rantai emas, rindangnya beringin, gagahnya kepala banteng dan suburnya padi dan kapas.

Dalam kerangka negara Pancasila tersebut maka proses Pilleg tidak bisa terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Karena kepala banteng merupakan salah satu penyangga nur cahya bintang. Dan, karenanya amat bertentangan dengan pandangan hidup (way of life) nya sendiri bagi caleg yang menjadikan rakyat (terutama rakyat miskin) sebagai komoditas atau aset atau modal yang bisa dipakai sebagai kendaraan politiknya dengan cara menyuap.

Penyuapan bagi yang menerima maupun yang memberi merupakan perilaku yang diharamkan oleh Tuhan. Dan, dalam tataran empiris, setidaknya harta yang diperoleh dari proses penyuapan tersebut baik langsung atau tidak langsung biasanya tidak akan pernah berbarokah (memberi tambah nikmat) melainkan akan menimbulkan sengsara (musibah). Linier dengan logika itu barangkali tidak terlalu berlebihan jika ditarik benang merah bahwa begitupun negara yang dipimpin oleh pemimpin yang diperoleh dari/karena suap maka tentu akan jauh dari berkah.

Iklim suap-menyuap di tengah-tengah pusaran budaya materialisme yang menghanyutkan hampir semua orang ini begitu terasa kuat nuansanya pada ritual pilleg kita 2014 esok ini. Sehingga dalam kerangka ejawantah sila banteng yang bisa benar-benar diterangi oleh nurcahya bintang itu terasa amatlah masih sulit. Sebab, dalam beberapa kasus, ditengarai bahwa hampir semua partai dan calleg tersentuh oleh kibasan jurus money politik, baik saat mendaftar maupun dalam proses-proses selanjutnya.

Pertanyaannya adalah haruskah besok pagi GOLPUT saja?

Tentu saja tidak. Ibarat seorang dokter yang sedang menghadapi pasien berpenyakit stadium 4 yang komplikatif dan saling kontradiktif. Lalu, haruskah sang dokter tidak mengambil tindakan apa-apa? Tidak. Tidak melakukan tindakan merupakan tindakan yang buruk dan grade keburukannya berada pada level paling dasar. Sebab, dalam konteks itu, meski tetap saja ber-resiko, dokter harus mengambil tindakan, bukan suatu kebijaksanaan yang bajik jika malah melakukan pembiaran.

Dan, demikian pula rakyat menghadapi pilleg kali ini. Analog dengan itu, barangkali hukum minimalis (darurat?) yang bisa mendorong keikhlasan kita untuk datang ke TPS esok pagi adalah rasa khusnudzon (berbaik sangka) bahwa diantara yang jelek-jelek itu tentu masih ada yang baik.

Jikapun dimata kita para calleg itu jelek-jelek semua maka tentu kita harus berbaik sangka bahwa di antaranya pasti ada yang terbaik. Dasar rasionalnya adalah dari pada tidak memilih? Khan, sama saja kita tidak memberikan arah sama sekali pada pelayaran kapal besar Indonesia. Kalau menabrak karang? Bagaimana? Bukankah kita akan hancur bersama-sama? Mudzarat, bukan?

“Jika anda tidak mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah, dan anggota DPR, atau parpol Islam, itu hak anda. Tapi jika anda dan jutaan yang lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yg anda inginkan.”(Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, pengasuh ponpes modern Gontor)

Ya. Oleh karenanya, marilah besok pagi kita luangkan waktu barang 5 hingga 15 menit untuk nyoblos dan menyukseskan rangkaian Pilleg 2014 ini demi Indonesia. Dan, dengan keikhlasan kita yang tulus semoga Tuhan selalu meridloi kita pula, bangsa Indonesia. Amin. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun