OLEH: Khoeri Abdul Muid
Ketika acara silaturrahmi keluarga diadakan, saya ditunjuk menjadi pembicara yang ditugasi mengurai silsilah. Dengan segala keterbatasan data, maka saya melakukan penelitian sejak 2005. Hasilnya, dalam beberapa sambungan silsilah ada yang kurang begitu jelas sehingga dibutuhkan data penguat atau pendamping lainnya.
Secara kelakar, ketika saya tidak bisa menolak diberi tugas, saya katakan bahwa Adam-Hawa adalah final ayah-ibu saya, Pak Lik..., h h h....
Yup. Seberapa jauhkah silsilah saya bisa ditelusur?
Berikut merupakan ringkasan hasil penelitian awal saya yang beberapa sisi saya katakan bahwa saya masih mengalami kesulitan data.
Yup. Saya mulai dari uraian bahwa saya merupakan anak dari ayah H. Thoyib (1931), seorang politikus kampung dari unsur NO (Nahdlotul Oelama’) pada zaman Orde Soekarno (1954) yang mulai tahun 1972 berafiliasi ke Golkar lantaran diangkat menjadi perangkat desa, dan ibu saya ialah Hj. Kasmirah Ummi Kulsum (1939-2014) binti H. Sukardi (1892-1962) bin H. Umar Ali (1866-1956).
Sementara itu H. Thoyib ayah saya, merupakan anak dari kakek H. Noor Khadam (1863-1958) dan nenek Hj. Karsi (1885-1943).
Kakek saya H. Noor Khadam merupakan anak dari buyut kakung Sadiyo (1833-1915) dan buyut putri Khatimah (1843-1926).
Dan, buyut kakung Sadiyo adalah anak dari seorang Kepala Desa Pondhok. Sampai sini silsilah buyut kakung Sadiyo belum terlacak.
Kemudian, buyut putri Khatimah, merupakan putri dari kakek canggah Kepala Desa Kalidin ((1747-1843) dan nenek canggah Nyai Burik.
Sementara, nenek canggah saya, Nyai Burik merupakan anak dari Kepala Desa Kasat (1722-1810). Dan, Kepala Desa Kasat ialah anak dari Kepala Desa Ki Tiguna III, cucu Kepala Desa Ki Tiguna II, dan buyut dari Kepala Desa Ki Tiguna alias mBah Sirna (-1627) Pendiri Desa Kuryo.
Siapakah mBah Sirna?
mBah Sirna yang bernama asli Ki Tiguna ini sebagaimana disinggung di atas merupakan pendiri Desa Kuryo. Konon beliau diindikasi sebagai keponakan dari Pragola I, cucu keponakan dari Ki Penjawi, pemenang sayembara Sultan Hadiwijaya melawan Aryo Penangsang sehingga menerima hadiah bumi Pati itu.
Demikian, silsilah ini saya tayangkan, bukan saya bermaksud menyombongkan silsilah, tapi justru sebagai akademisi kalau ada data lain baik dari dalam maupun luar keluarga, justru saya anggap sebagai kritik yang akan memperkaya khasanah silsilah ini.
Terimakasih.
Salam.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H