Mohon tunggu...
Khoeri Aji Pangestu
Khoeri Aji Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa TIngkat Akhir

Mahasiswa pejuang S.Pd. Matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Literatur tentang Pembelajaran Berbasis Budaya (CRT)

29 Januari 2025   19:44 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:44 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran berbasis budaya (CRT) merupakan salah satu metode pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Mengapa demikian? Karena pembelajaran berbasis budaya memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dimana peserta didik diajak untuk mengenalkan budaya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran berbasis budaya atau yaang sering kita kenal sebagai CRT merupakan salah satu pembelajaran berbasis kontekstual (kehidupan nyata) dimana peserta didik diajak belajar memperkenalkan aspek budaya dalam pembelajaran di kelas.

Salah satu ciri khas dari pembelajaran berbasis budaya (CRT atau Culturally Responsive Teaching) adalah materi yang akan dibawa kedalam pembelajaran haruslah memiliki unsur budaya yang beragam sehingga peserta didik yang memiliki kebudayaan atau asal daerah yang berbeda dapat mengikuti pembelajaran tersebut. Mengingat bahwa Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya sesuai dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" dimana memiliki makna bahwa meskipun punya beragam budaya dan latar belakang yang berbeda -- beda tetapi kita tetap satu yaitu Bangsa Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran berbasis budaya (CRT) dapat digabung dengan pembelajaran berbasis TaRL (Teaching At the Right Level) dan pembelajaran berdiferensiasi yang sering digaungkan dan dibahas dalam kurikulum merdeka. Terdapat persamaan dan perbedaan diantara keduanya tetapi terdapat persamaan tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan belajar dan mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak kepada peserta didik. Salah satu perbedaan antara pembelajaran berbasis CRT dengan TaRL adalah jika TaRL melihat latar belakang secara umum seperti motivasi belajar, gaya belajar, dan tingkat kemampuan peserta didik maka jika menggunakan pembelajaran berbasis CRT melihat latar belakang budaya peserta didik. Hal tersebut penting karena dengan melihat latar belakang budaya peserta didik maka dapat ditentukan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua peserta didik tanpa merasa dibedakan karena latar budaya yang berbeda.

 Salah satu tujuan dari pembelajaran berbasis budaya (CRT) adalah untuk memperkenalkan kepada peserta didik aspek budaya kedalam proses pembelajaran dikelas. Selain itu pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik juga menjadi sebuah keharusan dimana salah satu tujuan dari kurikulum merdeka adalah mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Selain itu, dengan memasukkan unsur budaya kedalam pembelajaran dikelas diharapkan peserta didik melestarikam kebudayaan Indonesia dimana salah satu dimensi dari Profil Pelajar Pancasila (PPP) adalah memiliki wawasan kebhinekaan global.

Salah satu yang memenuhi pembelajaran berbasis budaya (CRT) sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang kodrat alam dan kodrat zaman adalah adanya penghargaan terhadap keberagaman berbagai latar belakang budaya peserta didik yang berbeda satu sama lainnya. Selain itu, dengan pembelajaran berbasis CRT juga memenuhi kebutuhan belajar berdasarkan aspek kearifan lokal dan juga melestarikan budaya. Hal tersebut penting mengingat bahwa Indonesia dikaruniai berbagai keberagaman budaya dan adat istiadat yang membentang dari Sabang hingga Merauke.

Terdapat beberapa penelitian relevan tentang bagaimana implementasi pembelajaran berbasis budaya (CRT) dikelas. Penelitian tersebut dilaksanakan di SD Negeri Dukuh Kupang 1/488 Surabaya kelas V pada semester ganjil tahun 2024/2025 dengan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 100.000 menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus berbasis CRT. Hasilnya, pada fase pra siklus hanya 10,7% siswa yang tuntas dalam materi tersebut lalu pada fase siklus I mengalami peningkatan sebesar 60,7% dan siklus II mencapai 82,1%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan CRT meningkatkan kemampuan peserta didik pada materi tersebut (Enjelina et al., 2024).

Penelitian kedua tentang implementasi pembelajaran berbasis CRT dilakukan di kelas 7H SMPN 2 Pamekasan pada materi segiempat dengan pendekatan CRT dan metode PBL (Problem Based Learning) menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Hasilnya didapat bahwa pada pra siklus hanya 40,63% siswa yang tuntas lalu meningkat pada siklus I menjadi 56,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 71,87%. Berdasarkan hasil tersebut didapat kesimpulan bahwa menggunakan metode PBL (Problem Based Learning) dengan pendekatan CRT meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi segi empat (Srifatun et al., 2024).

Dari hasil kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan CRT (Cultural responsive Teaching) dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran berbasis budaya selain meningkatkan kemampuan belajar juga memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang memiliki beragam latar belakang yang berbeda terutama pada aspek budaya. Hal tersebut sejalan dengan salah satu dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila (PPP) yaitu wawasan kebhinekaan global.

Daftar Referensi:

Enjelina, R. F., Damayanti, R., & Dwiyanto, M. (2024). Penggunaan Pendekatan Culturally Responsive Teaching ( CRT ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. 1(1), 39--51.

Srifatun, I., Andelia, K., Setianingsih, R., & Jannah, F. (2024). Penerapan Problem-Based Learning dan Pendekatan Culturally Responsive Teaching pada Materi Segi Empat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII. 08(July), 1522--1531.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun