Cirebon adalah salasatu kota wisata religi. Yang terkenal diantaranya: Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Agung Sang Cipta rasa, dan makam Sunan Gunung Jati.
Bukan hanya ziarah pada Sunan Gunung Jati. Banyak tempat religi lainnya seperti: petilasan Sunan Kali Jaga. Makam Ki Gedeng Alang-Alang dan lainnya.
Konon Tjaruban adalah nama lain dari Kigedeng Alang-alang, yang sekarang dijadikan sebagai nama kota, yakni Cirebon. Beliaulah sebagai pendiri kota tersebut.
Makam Kigedeng Alang-Alang konon terdapat di Tukmudal. Ada penjaga di dalamnya yang akan mengarahkan para peziara dan menjelaskan diantara makam-makam yang ada di sekitarnya.
Untuk masuk ke area tersebut tidak ada pembayaran, masuk saja langsung. Di situ di sediakan kotak amal. Kalau peziarah mau sholat di situ sudah terdapat Mushola.
Di tempat tersebut suasananya tenang, sekalipun bagi pendatang baru begitu terasa kemisitisannya. sekalipun di luar sedang panas dan kekeringan. Namun di sekitar pemakaman sangat teduh.
Lokasi pemakaman berada diantara perumahan warga, hanya saja letak pekuburan naik ke atas, lebih tinggi. Yang ketika kita berada dikubur tingginya hampir setara dengan genteng rumah warga.
Di sekitar pemakaman terdapat banyak pohon-pohon besar yang sepertinya telah tua. Sehingga pada saat berada di atas anginnya cukup terasa kencang.
Di situ para peziarah bisa duduk untuk beristirahat ataupun sholat.
Biasanya para peziarah yang datang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Di sekutar pemakaman terdapat beberapa batu besar, yang konon memiliki keutamaan yang diantaranya: untuk penyembuhan sakit, untuk memohon suatu hajat dan lainnya.
Di area tersebut  bukan hanya kubur Kigedeng Alang-alang, namun ada kubur para pengawal dan penjaganya juga. Sehingga di dalam situ sekitar ada kurang lebih 11 kubur.
Di bagian luar kubur ada sumur keramat, yang saat ini sepertinya sudah tidak begitu terawat. Karena musim kemarau sumurnya pun kosong.
Penduduk setempat seolah-olahÂ
lebih akrab, memanggil ataupun menyebut Kigedeng Alang-Alang, dengan panggilan Ki Uyut.
Semoga ziarah yang dilakukan kita membuat Ki Uyut ataupun pak tua bersuka cita. Melihat ilalang kecil tumbuh melambai-lambai mengenal kelembutan angin yang menumbuhkan..
Tetap tumbuh sekalipun ilalang liar menggesek berulang. Namun  kelembutan tak dapat mematahkan, yang ada hanya kasih dan keteduhan. Sampai berakhirlah suatu kekosongan
Konon menyambungkan diri pada yang diluhur adalah bentuk diri dalam pengenalan. Pengenalan akan asal usul keberadaan, membuat seseorang tak lupa pada isi.
Semoga bumi memberkahi, para pelangkah yang  mengenang dan menyambungkan diri dengan para solihin dan leluhurnya. Sehingga dimanapun keberadaan, selalu terlindungi dan selalu dalam naungan Cinta.
Semoga ulasan ini memberi manfaat pada kita. Aamyinn...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H