Mohon tunggu...
Khodijah
Khodijah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Warna Daun

20 Agustus 2023   13:49 Diperbarui: 20 Agustus 2023   13:53 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika daun-daun tumbuh..
Warnanya yang pupus merekat di ranting. Rekat tak mudah ditempah, bahkan angin hujan tak membuatnya patah.

Berbeda dengan daun yang telah menguning, tanpa terpaan apa pun, ia akan patah alami.
Tak usah dilawan tak perlu ditentang, ada saatnya tanah memangkunya dengan kasih.

Lihat ambisi!
Tak perlu menjatuhkan
Agar tak sesal
Nestapa, tidak!

Cukup yang senja diam, melihat saja laku segala gerak yang nampak.

Mereka yang tumbuh serba tahu
Namun ketidak tahuan, tak mustahil mengantar pada jalan nyata, bukan jalan pendengkur yang terjebak dimimpi
Siapa pun yang mendengar suaranya tidur, semua terpana. Bukan terpesona, melainkan pecah tawa..

Sementara daun yang berserak. Ia bergerak, mengikuti angin yang menggerak.
Gerak, bergerak bagai pernari, menghibur penontonnya.

Daun itu siap dimanapun angin menghentikan gerak.
Apakah di halaman rumah ataukah di taman bunga?

Jika yang pupus melihat daun lain.
Maka yang menguning, penglihatanya sebatas pada gerak angin
Siapa yang remehkan tak akan terdekap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun