Mangkunegara IV dikenal sebagai pemimpin yang berhasil melampaui tingkatan nistha dan madya, dan mencapai tingkatan utama dalam kepemimpinannya. Ia tidak hanya berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui inovasi dan modernisasi, tetapi juga menjaga nilai-nilai luhur budaya Jawa dan mengintegrasikannya dalam praktik pemerintahan.
Konsep nistha-madya-utama ini menjadi cerminan perjalanan seseorang menuju kesempurnaan dalam memimpin, di mana seorang pemimpin harus terus memperbaiki diri, belajar, dan tumbuh untuk mencapai harmoni dan kesejahteraan bersama.
-Ungkapan "Bisa Rumangsa, Angrasa Wani, Angrasa Kleru, Bener Tu Pener" adalah ajaran etika dan moral Jawa yang menekankan sikap introspektif, tanggung jawab, dan keberanian untuk bertindak benar. Setiap frasa dalam ungkapan ini memiliki makna mendalam yang menjadi pedoman hidup, terutama dalam kepemimpinan dan hubungan sosial. Berikut penjelasannya:
1. Bisa Rumangsa
Makna: Mampu merasa atau menyadari.
Ini mengajarkan pentingnya kesadaran diri (introspeksi) dan kepekaan terhadap situasi di sekitar, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Dalam kepemimpinan, ini berarti pemimpin harus memiliki empati, menyadari kebutuhan dan harapan rakyat, serta memahami tanggung jawabnya.
2. Angrasa Wani
Makna: Berani merasa atau berani menghadapi.
Mengajarkan keberanian untuk menghadapi tantangan atau realitas, termasuk menerima tanggung jawab atas keputusan yang diambil.
Ini menunjukkan sikap pemimpin yang tidak lari dari tugas atau kesulitan, melainkan menghadapinya dengan tegar.