Mohon tunggu...
Khilya Nur Aulia
Khilya Nur Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya seorang mahasiswi aktif prodi Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2022 di UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Membangun Baterai Kasih Sayang Anak dengan Neuroparenting

22 Oktober 2024   16:35 Diperbarui: 22 Oktober 2024   17:15 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Apa itu Neuroparenting?
Neuroparenting adalah pendekatan modern dalam pola asuh anak yang menggabungkan prinsip-prinsip ilmu saraf (neuroscience) dengan praktik pengasuhan. Pendekatan tersebut berfokus pada pemahaman cara kerja otak anak serta interaksi dengan orang tua sehingga dapat membentuk perkembangan otak dan emosi anak. Neuroparenting mengajak orang tua untuk menyediakan lingkungan yang mendukung dan menekankan pentingnya memahami kebutuhan emosional anak serta memberikan respons yang sesuai berdasarkan tahapan perkembangan anak.

Dalam neuroparenting, pemahaman tentang perkembangan otak anak menjadi hal yang paling penting. Otak anak mengalami perkembangan yang pesat terutama pada masa-masa awal kehidupan. Selama periode ini, setiap pengalaman dan interaksi anak, baik dengan orang tua maupun lingkungan, akan mempengaruhi struktur dan fungsi otaknya. Misalnya, anak yang sering mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan cenderung memiliki kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Sementara itu, kurangnya interaksi positif dapat menyebabkan stres yang berdampak pada perkembangan otak anak.

Menurut dr. Aisyah Dahlan, seorang praktisi neuroparenting skill dan ketua asosiasi rehabilitasi sosial narkoba Indonesia, salah satu strategi penting dalam neuroparenting adalah terpenuhinya “Baterai Kasih Sayang”. Istilah tersebut lebih dikenal oleh generasi zilenial dengan istilah “Love Language”. Konsep ini menggambarkan kebutuhan emosional anak yang perlu dipenuhi agar mereka merasa aman, dicintai, dan diperhatikan. Pengisian baterai kasih sayang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti memberikan pelukan, pujian tulus, waktu berkualitas, tindakan-tindakan kecil yang menunjukkan perhatian, atau memberi hadiah kecil. Dengan terpenuhinya baterai kasih sayang, anak cenderung lebih mampu mengelola emosinya dan menghindari perilaku yang tidak diinginkan seperti tantrum.

Beberapa teknik neuroparenting yang bisa diterapkan oleh orang tua antara lain adalah memberikan waktu berkualitas tanpa gangguan kepada anak, memperhatikan kebutuhan fisik dan emosional mereka, serta merespons dengan penuh empati ketika anak mengalami kesulitan emosional. Teknik-teknik ini membantu anak merasa lebih diperhatikan dan dihargai, yang berdampak pada perkembangan otak anak secara sehat. Selain itu, dengan memahami love language dan perilaku anak, orang tua dapat lebih tepat dalam memenuhi kebutuhan emosional yang mungkin berbeda di setiap tahap usia.

Pentingnya memahami cara kerja otak anak juga terlihat dalam cara orang tua merespons perilaku tantrum. Menurut neuroparenting, tantrum sering kali muncul sebagai bentuk ekspresi ketidakmampuan anak untuk mengelola emosinya. Dalam situasi ini, memberikan kasih sayang dan pengertian sangatlah penting. Daripada menghukum atau memarahi, orang tua dianjurkan untuk menenangkan anak dan membantu mereka mengidentifikasi perasaan yang mereka alami. Hal ini bukan hanya membantu meredakan situasi, tetapi juga mengajarkan anak cara yang lebih sehat untuk menghadapi stres ketika anak sudah dewasa.

Dengan pendekatan neuroparenting, pengasuhan anak menjadi lebih terarah dan berdasarkan pada pemahaman ilmiah tentang perkembangan otak. Orang tua tidak hanya fokus pada kebutuhan fisik anak, juga pada kebutuhan emosional dan sosial yang penting untuk perkembangan anak. Dengan mempraktikkan ilmu neuroparenting secara konsisten, orang tua dapat membuat lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara maksimal, baik secara kognitif maupun emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun