Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari bekerja, belajar, hingga bersosialisasi, hampir semuanya dapat dilakukan melalui perangkat digital. Walaupun menawarkan banyak kemudahan, penggunaan teknologi yang berlebihan juga bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan mental. Tingginya paparan terhadap dunia maya dapat menimbulkan risiko stres, kecemasan, hingga depresi. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menyadari dan mengambil langkah-langkah dalam menjaga kesehatan mental di tengah kemajuan teknologi.
Salah satu aspek yang mempengaruhi kesehatan mental adalah penggunaan media sosial. Media sosial sering kali menjadi platform untuk membandingkan diri dengan orang lain, yang dapat menimbulkan perasaan rendah diri atau tidak puas dengan realita yang sebenarnya terjadi. Selain itu, informasi yang beredar di media sosial, termasuk berita negatif atau hoaks, dapat memicu stres dan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mengatur waktu dan cara kita menggunakan media sosial agar tidak berlebihan. Memilih konten yang positif dan membatasi waktu layar bisa menjadi langkah awal untuk menjaga keseimbangan.
Kesehatan mental di era digital juga sangat dipengaruhi oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out), yaitu ketakutan ketinggalan informasi atau peristiwa penting. Hal ini sering membuat seseorang terus-menerus memantau media sosial atau berita, sehingga waktu istirahat terganggu. Padahal, otak membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri dari aktivitas digital yang terus-menerus. Dengan menerapkan batasan waktu online dan menetapkan waktu bebas perangkat, kita bisa memberikan waktu bagi diri sendiri untuk relaksasi dan memulihkan kesehatan mental.
Interaksi sosial yang terjadi secara virtual juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Meskipun komunikasi digital memudahkan kita untuk tetap terhubung, tetapi interaksi tatap muka memiliki kualitas emosional yang berbeda. Kehilangan interaksi fisik ini bisa memicu rasa kesepian atau isolasi. Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga hubungan sosial yang sehat, baik secara virtual maupun langsung, serta meluangkan waktu untuk berkumpul dengan orang-orang terdekat di dunia nyata. Interaksi yang lebih mendalam dan bermakna dapat memberikan dukungan emosional yang penting.
Selain itu, dunia digital sering kali mempengaruhi pola tidur seseorang. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar perangkat digital dapat mengganggu ritme sirkadian, yang berperan penting dalam pengaturan siklus tidur. Kualitas tidur yang buruk dapat memengaruhi kesehatan mental, menyebabkan mudah stres, cemas, dan sulit berkonsentrasi. Untuk itu, penting untuk menerapkan kebiasaan digital yang sehat, seperti menghindari penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur dan memastikan waktu tidur yang cukup setiap malam.
Akhirnya, menjaga kesehatan mental di era digital bukan hanya tentang mengurangi penggunaan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita menggunakan teknologi dengan bijak. Aplikasi meditasi, platform kesehatan mental, dan berbagai sumber informasi online bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kesejahteraan mental. Dengan kesadaran dan keseimbangan yang tepat, kita bisa meraih manfaat dari teknologi tanpa mengorbankan kesehatan mental. Era digital memberikan banyak kesempatan, namun tanggung jawab untuk menjaga kesejahteraan mental tetap ada di tangan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H