Mohon tunggu...
muhammad Khibran
muhammad Khibran Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hukum UGM 2008

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pak Kyai Belajar pada Gigolo

10 Oktober 2011   09:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Sebuah cerita yang mengajarkan kepada kita untuk belajar pada siapapun, termasuk orang yang hina”

Penulis sebelumnya mohon maaf sebesar-besarnya apabila tulisan dibawah ini tidak berkenan bagi pembaca sekalian. Akantetapi tulisan ini kiranya ada baiknya untuk kita renungkan bersama secara mendalam, bahwa ada sifat yang pantas kita tiru dari seorang yang berhati jahat sekalipun. Tentunya sapu itu kotor, tapi dapat juga untuk membersihkan. Tulisan ini tidaklah untuk menyinggung siapapun, tapi untuk menjadi koreksi bagi kita bersama, bahwa belajarlah kemanapun, kapanpun dan dari siapapun. Bahkan dari Seorang Gigolo sekalipun.

--------------

Jumat pertengahan Februari 2011, Saya dan Ahmad[1] berada di salah satu Kabupaten di Jawa Tengah. Urusan bisnis yang melatar belakangi kami untuk mengunjungi kabupaten tersebut. Tak biasanya kami kesana pada hari Jum’at, biasanya pada hari Sabtu. Dan seperti biasa, kami di Kabupaten itu lebih kurang hanya 7 jam saja, yaitu dari jam 10.00 sampai jam 17.00. Karena memang tidak banyak urusan yang kami kerjakan disana. Memang, sudah keempat kalinya Kami meginjakkan kaki ke Kabupaten tersebut, tapi baru pertama kalinya melakukan ibadah solat Jum’at di Masjid yang ada di Kabupaten tersebut.



Masjid tersebut cukup luas, keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu, lantainya masih menggunakan ubin, tapi sangat bersih dan tertata rapi. Setelah adzan kedua berkumandang, Kami baru menempatkan diri, duduk di barisan depan. Alhamdulillah, walaupun tidak dapat onta (terlambat) tapi masih bisa duduk di sof depan.

Setelah itu, khotibpun mulai dengan khotbahnya. Suaranya pelan dan lirih, sehingga hampir semua yang Beliau sampaikan tidak bisa kami dengar dengan jelas. Tatapan matanya juga tidak mengarah kepada para jemaah, mata beliau hanya tertuju pada teks khotbahnya saja. Sehingga ia tidak melihat bahwa banyak sekali jamaah yang tidak mendengarkan khotbah itu, malah banyak yang asyik dengan handphonenya. Sungguh dapat dirasakan bahwa pak kyai yang berkhotbah itu tidak bergairah dan tidak bersemangat. Dalam hati saya pun sempat terbesit bahwa Pak Kyai hanya menggugurkan kewajibannya, tanpa menyadari hakekat dari khotbah pada solat jumat itu.

Singkat cerita....khotbah selesai dan solat jumatpun juga selesai. Setelah itu, Saya langsung menuju ke Parkiran. Tidak Saya sadari Ahmad sudah berada didalam mobil dan tanpa basa-basi kami langsung meninggalkan masjid itu dan menuju ke rumah rekanan bisnis kami. Dalam mobil itupun kami membicarakan mengenai khotbah solat jumat tadi;

Khibran “Mad, apa tadi yang disampaikan Pak Khotib??” Saya mencoba mengawali pembicaraan, dan mencoba menyinggungnya..karena biasanya ia mengantuk jika khotbah sedang dismpaikan.

Ahmad”Pak Kyai itu tidak Pantas Menjadi Gigolo”. Perkataan serius keluar dari mulutnya...

Khibran“Husss....Ngawur....Apa Maksudmu Mad???”. Dengan nada membentak dan saya langsung berstatment “Ya tidak Pantaslah Mad....Pak Khotib kan orang suci..sedangkan gigolo hanya pemuas nafsu Wanita kesepian”. Ngawur kamu!!! Sekali lagi justice dariku...

Ahmad“Bukan itu yang kumaksud”....

Khibran“lantas?” tanyaku penasaran.

Ahmad“Lihatlah....apakah dia mampu memuaskan Jamaahnya???... apakah dia mengetahui apa yang sebenarnya jamaahnya minta. Ia begitu Egois...tidak bisa merasakan keinginan dari Jamahnya...Ia tadi hanya membaca teks, bukan berkhotbah...

Khibran“hahaha...Benar kamu Mad...” Dalam hatiq bergumam, ternyata Ahmad merasakan apa yang aku rasakan saat mendengarkan khotbah jum’at tadi, bahwa Pak Kyai tidak semangat dan tidak bergairah. “Lalu, bagaimana dengan Gigolo??, apa hubungannya???... Tanyaku lagi...

Ahmad“kamu ini bagaimana Khib.... seperti tidak tahu gigolo saja.. Walaupun gigolo itu pekerjaan hina....tapi dalam dirinya ada hal yang dapat kita tiru... Jawabnya dengan santai..

Khibran“apa yang bisa kita tiru dari Gigolo Mad??? Tanyaku Penasaran.

Ahmad“Gigolo mempunyai daya juang yang tinggi, dia berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk kliennnya..ia punya gairah, ia punya semangat...dan tak mungkin seorang gigolo keluar lebih dulu, sebelum kliennya yang keluar...

Khibran“hahahaha....bisa-bisa aja Kamu Mad”.... tawaku pelan mendengar penjelasan dari Ahmad...

Sepanjang perjalanan pulang ke Jogjakarta, saya terus memikirkan apa yang dikatakan Ahmad tadi, bahwa Pak Kyai itu tidak Pantas menjadi Gigolo atau Pak Kyai yang berkhotbah itu tadi tidak memiliki semangat dan gairah seperti Gigolo. Rasa-rasanya memang benar perkataan Ahmad itu.

--------

Memang sungguh sulit untuk memahami keinginan orang lain. Seharusnya Pak Kyai itu bisa berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Jamaahnya puas, tidak egois dan tidak asal menggugurkan tanggungjawabnya sebagai kyai, tanpa mau mengetahui kondisi atau keinginan dari Jamaah. Pak Kyai seharusya memberikan yang terbaik. Seharusnya Beliau bisa lebih semangat dan bergairah tidak Cuma membaca, tapi menyampaikan pesan agar jamaahnya semakin bertakwa dan beriman....

Memang sulit sekali mengatahui kondisi dari orang lain...seorang suamipun kadang demikian, merasa seenaknya sendiri atas istrinya. Seorang Gurupun juga demikian, jarang seorang guru yang bisa memahami muridnya.....sungguh, pengertian itu lebih sulit daripada mencintai....

Tidak hanya Pak Kyai saja yang harus meniru sifat plus dari Gigolo, Pemimpinpun harus.... Jika pemimpin selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dan pelayanan yang memuaskan bagi rakyatnya, tentu sungguh luar biasanya pemimpin tersebut. Dan semuanya saya harap bisa memberikan yang terbaik dan pelayanan yang memuaskan kepada semuanya...

Guru terhadap murid (dalam KBM), istri terhadap suami dalam berumah tangga, dan semuanya.....

Terima kasih, pengalaman hari itu membuat diri saya harus lebih banyak merenung dan berintropeksi diri... agar hari kedepan dapat lebih Semangat dan bergirah, dan dapat mengerti atas keadaan orang lain...

Terima Kasih Pak Kyai, terima Kasih Ahmad dan terima Kasih Gigolo.....

satu pesan untuk gigolo à cari pekerjaan yang lain, yang halal dan tidak merugikan orang....dan pertahankan semangat dan gairahmu untuk memberikan yang terbaik.

[1]Sahabat Penulis, dia sedang menempuh program S1 di Universitas di Jogjakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun