Komunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, mereka berusaha mengkomunikasikannya dengan aktif. Tidak harus apakah pesan komunikasinya membawa dampak yang bisa diterima oleh komunikannya atau tidak, karena dari komunikator dan komunikan belum tentu mempunyai kebutuhan dan tujuan yang sama dalam proses komunikasi yang berlangsung.
Namun demikian dari komunikasi yang berlangsung tersebut berusaha untuk menginterpretasikan dan menyepakati symbol-simbol bahasa yang digunakan. Muka memerah dan mata melotot bisa saja kita memaknai bahwa seorang komunikan kurang berkenan dengan pesan verbal atau non-verbal yang diutarakan komunikator. Untuk itu seharusnya komunikator tidak meneruskannya atau memberikan kepada komunikan untuk menanggapinya.
Dari kesepakatan symbol-simbol bahasa itulah kemudian terjadi kesepakatan-kesepakatan nilai yang mendasar. Entah kesepakatan itu didasarkan pada dorongan batiniah (rasa alamiah), atau dorongan yang timbul dari dorongan rasional yang dipimpin oleh cara berpikir yang didasarkan pada akal.
Suatu cara bertindak yang tetap atau sementara, yang memiliki kendala dari luar atau suatu cara bertindak yang tetap atau sementara yang dalam suatu masyarakat terwujud dengan sendirinya sehingga bebas dari manifestasi individual adalah merupakan fakta sosial. Adapun menurut tipenya, gakta sosial yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri dari struktur sosial dan pranata sosial. Struktur sosial adalah jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berperoses dan menjadi terorganisir, sehingga dapat dibedakan posisi-posisi sosial dari individu dan sub-kelompok.
Sedangkan pranata sosial adalah antar hubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktifitas manusia yang dalam bahasa ingris dikenal dengan institution, seperti keluarga, ekonomi, pendidikan, pemerintahan, agama dan ilmu pengetahuan.
Tidaklah gampang mendefinisikan institusi, disamping kita dituntut untuk memberikan unsur-unsur kata yang tepat simple dan tidak meninggalkan aspek-aspek pendukungnya, salah satu rintangan dalam mendefinisikan institusi adalah ketidak pastian mengenai jangka waktu dan bercampur baurnya mengenai pengertian institusi dengan organisasi, sebingga dari keduanya sulit dibedakan. Namun kita tidak perlu terlalu jauh menganalisa hal tersebut, yang jelas apabila ada institusi maka selalu sedang terjadi prioses institusionalisasi.
Lembaga merupakan bentuk-bentuk perbuatan dalam hubungan kelompok yang dilestarikan oleh kultur dan transfer kultur, yang dalam hal ini Berger menamakannya suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai dengan keinginan masyarakat (stable system of social interaction) yang memelihara struktur sosial.
Dalam hal ini ada dua model skema dalam proses kelembagaan. Pertama skema kausal logis/ linier. Yang banyak menentukan proses antar aksi, seperti yang dikatakan oleh tarde adalah imitasi atau keterampilan psikologis individu-individu sampai kepada bentuk-bentuk masyarakat. Namun apakah bukan justru bentuk-bentuk ini yang akhgirnya menentukan mengenai sifat antar aksi, komunikasi, imitasi dan sebvagainya. Untuk lebih jelasnya dikenalkan skema yang kedua struktur hubungan fungsional. Jadi institusi disini bukan hasil dari antar aksi, tetapi kekuatan yang ikut menentukan antar aksi,
Didalam rumusan Van Doorn dijelaskan bahwa institusi adalah total darpada sikap, tingkah laku hubungan dan proses sosial dan juga unsur-unsur kultur yang berada sekitar nilai-nilai pokok manusia menurut pola yang relative stabil. Dalam istilah lain dijelaskan juga bahwa institusi dalah pola bentuk-bentuk tingkah laku yang dikonsolidasikan secara relatf kuat dan harapan-harapan yang dikaitkan dengan itu, sehingga karenanya ketahanan sosiual itu dijamin.
Kesepakatan yang didorong oleh rasa alamiah akan membentuk suatu komunitas yang oleh Ferdinan Tonies disebut sebagai pola hubungan paguyuban (Gemeinschaft). Sedangkan kesepakatan yang didorong oleh rasio akan membentuk asosiasi patembayan (Gesellschaft). Misalnya ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri.
Namun, bagaimanapun juga dalam komunikasi dewasa ini kita sulit untuk membedakan mana komunikasi yang didorong oleh batiniah, dan mana komunikasi yang timbul dari dorongan rasional, karena keduanya hampir selalu terjadi bersamaan dalam proses komunikasi. Ini pun juga tidak lepas dari kebutuhan dan tujuan yang berbeda antara komunikator
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H