Mohon tunggu...
Khefti Al Mawalia
Khefti Al Mawalia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogayakarta, Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

”KOMASI”, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DALAM MENINGKATKAN SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN

31 Desember 2013   00:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:20 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Talang merupakan salah satu desa bagian dari Kecamatan Jogorogo Ngawi. secara umum semua desa yang ada di Kecamatan Jogorogo memiliki keadaan topografi yang berada pada dataran tinggi, karena berdekatan dengan Pegunungan Lawu.

Luas Desa Talang mencapai 92,985 Ha dengan rincian untuk luas tanah sawah 52. 460 Ha, pekarangan atau bangunan 25.665 Ha, tegalan 10.000 Ha dan lain-lain 4.860 Ha (Profil Desa Talang, 2007). Dengan kondisi topografi yang demikian itu menjadikan penduduk Desa Talang mayoritas lebih menitikberatkan pada sektor pertanian.

Menurut data survei Badan Statistik Ngawi (dalam profil Desa Talang 2006), Talang merupakan desa yang penduduknya berada pada taraf masyarakat desa pra sejahtera dengan rincian sebagai berikut: untuk keluarga Pra Sejahtera terdapat 300 Kepala Keluarga (KK), Keluarga Sejahtera I terdapat 10 Kepala Keluarga, dan Keluarga Sejahtera II sebanyak 15 Kepala Keluarga. Adapun kategori untuk masyarakat desa pra sejahtera, diantaranya adalah jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas kebanyakan masih tanah, sedangkan jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas masih menggunakan bambu atau rumbia.

Untuk tingkat pendidikan masyarakat Desa Talang dapat dikatakan masih rendah, misalnya untuk masyarakat buta aksara terdapat 106 orang, penduduk yang tidak menamatkan Sekolah Dasar atau yang sederajat sebanyak 150 orang dan hanya 10 orang yang menamatkan perguruan tinggi dari jumlah penduduk 1416 orang. Hal inilah yang juga berpengaruh terhadap pola pikir dalam kehidupan sehari-harinya.

Banyak potensi alam yang masih dikelola secara tradisional, kalaupun ada yang menggunakan cara-cara yang lebih efektif dan efisien hanya orang-orang tertentu (elit desa) yang memang mempunyai jaringan komunikasi dan informasi lebih jelas. Sedangkan informasi yang kurang potensial secara langsung nampaknya lebih mudah menetes ke bawah (Bambang Setiawan, 1992).

Namun, bagaimanapun juga, elit desa tidak dapat di kesampingkan dalam usaha meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat pra sejahtera, karena berbagai urusan administratif khususnya yang menyangkut Desa Talang banyak diperankan oleh para elit desa. Selain itu, untuk menghindari kecemburuan sosial dalam memperlakukan masyarakat pra sejahtera secara potensial, maka peran aktif dan partisipasi elit juga harus dilibatkan, hanya saja peran elit desa tersebut harus dapat dipantau oleh masyarakat dan atau organisasi yang berkepentingan.

Potensi alam yang seharusnya dikelola dengan baik oleh masyarakat Desa Talang misalnya adalah air. Sumber air dari desa tentangga Giri Mulyo setiap harinya mengalir lewat pipa-pipa pendudukmenuju Desa Talang, anehnya air yang mengalir tanpa harus melalui tenaga pembangkit itu terbuang begitu saja, alangkah baiknya apabila air tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari saja, tetapi dimanfaatkan misalnya untuk berternak ikan tawar.

Memang benar, seperti yang dituturkan masyarakat disana kepada peneliti, pengetahuan akan ternak ikan tawar masih rendah apalagi berbagai informasi dan penyuluhan mengenai hal tersebut hampir dipastikan tidak pernah ada, sebagian besar masyarkat yang berternak ikan tawar memperlakukan ikan peliharaannya sebagai ikan hias di depan pekarangan rumah.

Selain itu, Ubi Jalar di desa Talang pun sangat potensial, buktinya setiap pekarangan rumah hampir dipastikan ditanami Ubi Jalar, akan tetapi tanaman jenis palawijo tersebut bagaikan tanaman tahunan, setelah ditanam orang yang menanamnya tidak berharap banyak untuk dijadiakan sebagai omset keluarga, hasilnya tanaman tersebut tidak dirawat dengan baik. Setelah ditanya oleh peneliti pun mereka mengatakan tidak tahu bagaimana memproduksi Ubi Jalar dengan baik dan benar dan mereka juga kesulitan untuk memasarkannya.

Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa masyarakat Desa Talang masih belum maksimal dalam mengakses informasi-informasi yang berhubungan dengan kebutuhannya dalam meningkatkan kesejahteraan. Selama ini khususnya masyarakat pedesaan hanya dijadikan sebagai objek pembangunan oleh pemerintah, berbagai komunikasi bergerak dari atas ke bawah (Dawam Raharjo, 1992). Hasilnya berbagai proyek yang dijalankan pemerintah tersendat di tengah jalan. Hal ini karena masyarakat tidak memahami atau bahkan manfaat dari pembangunan yang di prakarsai pemerintah kurang menyentuh kebutuhan-kebutahan masyarakat, selain itu masyarakat juga tidak banyak diikutkan untuk berpartisipasi.

Ada berbagai model yang dilakukan oleh pemerintah Ngawi untuk memberdayakan masyarakat dalam mengakses informasi, seperti Dinas Infokom (berubah nama Humas) misalnya mengeluarkan tabloid dan koran secara gratis yang pendistribusiannya melalui kecamatan ke desa. Sedangkan untuk media elektronik, pemerintah mempunyai 4 radio. Seperti radio A.M (RKPD Suara Ngawi) yang program siarannya banyak membahas mengenai kebudayaan dan informasi-informasi seputar Ngawi, utamanya mengenai transparansi kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah (Humas Ngawi, 2007).

Tetapi, untuk media cetak terdapat berbagai kendala, disamping minat baca masyarakat rendah, di dalam pendistribusiannya hanya satu bulan sekali itupun tidak jelas. Menurut penuturan Kepala Desa Talang Ibu Rumsiyah, A.Ma. kepada peneliti, desa tidak pernah mendapatkan koran maupun tabloid dari kecamatan, sehingga tidak ada informasi yang harus disosialisasikan kepada masyarakatnya.

Sedangkan untuk media elektronik seperti radio dan televisi pun masih belum maksimal, selain terkendala oleh kesibukan masyarakat yang mayoritas setiap harinya sebagai buruh tani untuk meluangkan waktu mendengar dan atau menonton acara televisi, hanya terdapat 15 buah radio dan sebanyak 200 buah televisi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Talang.

Hasil pengamatan sementara oleh peneliti, komunikasi lisan dari satu orang ke orang lain (getho’ tular) ternyata lebih efektif untuk meyampaikan informasi, terlebih melalui tokoh masyarakat seperti misalnya kepala desa dan perangkatnya. Akan tetapi, pengetahuan dan informasi yang dimiliki perangkat desa sangat rendah, kebanyakan dari mereka tidak memiliki media massa untuk mengakses informasi, selain itu menurut data (Profil Desa Talang, 2007) tingkat pendidikan perangkat desa adalah lulusan SD dan SLTP. Hal ini menyimpulkan bahwa perlu adanya model pemberdayaan yang sesuai dengan masyarakat desa pra sejahtera dalam mengakses informasi. Dalam program ini, komunikasi bergerak dari Masyarakat Pra Sejahtera – Saluran Komunikasi (bernama Komunitas Masyarakat Informasi/ KOMASI) – Organisasi Swasta/ investor. Sedangkan pemerintah sebagai partisipan dalam berbagai bentuk kegiatan dan kebutuhan masyarkat desa pra sejahtera.

Masyarakat Pra Sejahtera dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan, disukai dan sesuai dengan kondisi masyarakat kepada Komunitas Masyarakat Informasi (KOMASI). Sedangkan komunitas ini dapat mengarahkan kepada informasi-informasi komoditi yang mempunyai pasaran yang baik, tetapi dalam produksinya tidak memerlukan lahan pertanian yang luas atau bahkan tidak memerlukan lahan pertanian sama sekali, seperti pemeliharaan lebah madu pada kotak-kotak atau belahan kayu, pemeliharaan kelinci, burung puyuh, bekicot, ikan hias, belut dan sebagainya (Bambang Setiawan, 1992) dan berbagai informasi komoditi lainnya yang sesuai dengan daerah Desa Talang. Selain itu KOMASI juga mengajak dan menawarkan berbagai bentuk kegiatan komoditi masyarakat pra sejahtera kepadaOrganisasi Swasta atau investor yang berminat bekerjasama. Disini, Organisasi Swasta atau infestor yang berminat bekerjasama, dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai keberlangsungan usaha komoditi tersebut terhadap mayarakat desa pra sejahtera lewat KOMASI. Oleh karena itulah program ”’KOMASI’, Pemberdayaan Masyarakat Pra Sejahtera dalam Meningkatkan Sektor Pertanian dan Peternakan di Desa Talang Ngawi” sangat perlu dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun