Mohon tunggu...
Khaterin Agustin Panus
Khaterin Agustin Panus Mohon Tunggu... Mahasiswa - College Student

Don't want something that doesn't belong to us, remember we already have our share.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dampak Negatif Aplikasi TikTok

6 Februari 2022   00:29 Diperbarui: 6 Februari 2022   00:29 3632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Di dunia modern saat ini, orang-orang dari seluruh dunia banyak menggunakan salah satu aplikasi jejaring sosial dan platform video musik yang disebut TikTok. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat membuat dan mengedit berbagai video pendek, lengkap dengan filter dan diiringi musik, kemudian membagikannya kepada teman dan juga pengguna tiktok di seluruh dunia. Namun dari beberapa hal positif dari aplikasi ini, tik tok juga memiliki dampak negatif, Dampak konten di TikTok sangat besar bagi penggunanya, ada beberapa dampak negatif dari penggunaan aplikasi TikTok.

Pertama, penggunaan aplikasi Tiktok yang semakin marak dapat mempengaruhi manajemen waktu setiap pengguna jika tidak dikelola dengan baik. Banyak dari mereka yang terlalu fokus melihat dan membuat konten untuk menjadi TikTok FYP atau menjadi konten teratas, tanpa memperhitungkan waktu penggunaan, hal ini dapat menyebabkan waktu kita yang berharga terbuang percuma dan juga mengakibatkan keterlambatan waktu kerja yang seharusnya diselesaikan secepat mungkin. Selain itu, terlalu lama memainkan aplikasi ini juga akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan kita untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, sebagai pengguna aplikasi yang bijak, kita harus bisa mengatur waktu dengan baik agar bisa bermanfaat

Kedua, sistem keamanan aplikasi yang tidak memadai dapat membocorkan data pribadi pengguna aplikasi. Di era digital sekarang ini, hampir semua data pribadi dapat diinput dan diakses secara online, jika kita tidak memiliki sistem keamanan yang baik dan perlindungan resmi oleh internet, hal ini akan membuat data pribadi rentan terhadap pencurian data. Seperti dilansir dari cyberlead.id, dikatakan bahwa beberapa waktu lalu telah terjadi kebocoran data pengguna di e-commerce di Indonesia yaitu Tokopedia dan Bukalapak, sehingga mereka membuat dokumen yang tercantum dalam informasi akun dalam bentuk elektronik. Foto KTP, nomor rekening, nomor telepon, tanggal lahir, dan data pribadi lainnya diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga banyak pengguna menerima pesan SMS spam atau panggilan telepon dari nomor tak dikenal, serta spam iklan dan aktivitas peminjaman online ilegal. Oleh karena itu, saat ini kita sering mendapatkan peringatan verifikasi akun dan konfirmasi perubahan kata sandi untuk memastikan bahwa kita benar-benar pengguna akun tersebut, guna mencegah penyalahgunaan hak kendali akun oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Terakhir, beberapa konten Tiktok yang berisi informasi palsu mengakibatkan munculnya berita hoax di kalangan masyarakat. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, usai bertemu dengan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono di Kompleks Kepatihan Pemerintah Daerah Yogyakarta, "Memang banyak hoax terkait pandemi COVID-19. platform digital, termasuk Facebook, YouTube, Twitter, Instagram, atau yang baru di TikTok," katanya. seperti dilansir dari kominfo.go.id. Sebuah video beredar di Tiktok yang mengatakan bahwa vaksin Covid-19 tidak efektif untuk orang yang memiliki penyakit tersebut. Video berdurasi dua menit 27 detik itu menampilkan seorang bernama Ustadz Prof. DR. dr Yuwono M. Biomed yang membuat beberapa klaim. Pada detik ke-35, dia mengatakan bahwa vaksin tidak akan bekerja dengan baik di tubuh orang yang mengidap penyakit tersebut. Padahal, berdasarkan penjelasan Kementerian Kesehatan seperti dikutip cnbcindonesia.com, vaksin Covid-19 dapat disuntikkan dalam keadaan tertentu kepada orang yang menderita penyakit seperti diabetes melitus, asma, TBC, dan pengidap HIV. Selanjutnya, penderita hipertensi yang tekanan darahnya tidak di atas 180/110MmHg, penderita diabetes yang tidak mengalami komplikasi akut, survivor kanker, dan survivor Covid-19 yang telah sembuh minimal 3 bulan, juga dapat divaksinasi Covid-19. Padahal, cara penyampaian dan informasi yang dibagikan oleh masing-masing individu dalam aplikasi berbeda sehingga mudah menimbulkan hoax, karena sumber dan validitasnya belum jelas, yang mengakibatkan banyaknya informasi yang belum diketahui. Oleh karena itu, orang yang mendengar hoaks akan terus menyebarkan berita bohong tanpa mengetahui kebenarannya, sehingga membuat masyarakat salah paham dan menjadi terpecah belah.

Kesimpulannya, penggunaan aplikasi ini dapat mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari setiap pengguna sehingga dapat memberikan dampak positif maupun negatif, memang semua perkembangan teknologi dan informasi akan memberi dampak apapun itu. Oleh karena itu, sebagai pengguna, kita semua harus cerdas dan bertanggung jawab dalam menggunakannya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun