Mungkin tak banyak yang menyangka bahwa seorang anak dapat menjadi agen perubahan. Bahkan tak banyak yang percaya bahwa setiap anak berpotensi sebagai agen perubahan. Dibalik tubuh mereka yang kecil dan kepolosan mereka yang seringkali dipandang sebelah mata ternyata anak-anak dapat melakukan apa yang orang dewasa tak dapat lakukan.
Dengan cara khas anak-anak, mereka dapat memperjuangkan hak mereka, hak teman-teman mereka bahkan hak orang dewasa yang seharusnya menjadi pelindung bagi mereka. Seperti yang tertulis dalam http://worldandlife.wordpress.com/2010/12/19/kisah-perjuangan-hidup-7-anak-yang-menginspirasi-dunia/, ini adalah kisah dua anak luar biasa yang berhasil menjadi agen perubahan dan menginspirasi dunia, mereka:
1.Nkosi Johnson,1989 – 2001
Lahir pada tahun 1989 di johanesburg. Ia tidak pernah tahu ayahnya telah Mengidap HIV positif semenjak lahir,dia diadopsi oleh Gail johnson. Nkosi johnson mulai menjadi perhatian publik pada tahun 1997,ketika sebuah sekolah dasar dikota melville johannesburg menolak untuk menerimanya sebagai murid dikarenakan penyakit HIV-positif yang dideritanya . Kejadian tersebut membuat kehebohan ditingkat tertinggi politik afrika selatan, konstitusi melarang deskriminasi atas dasar status medis. Nkosi adalah inti pembicaraan di 13 Konferensi AIDS Internasional, di mana ia mendorong korban AIDS untuk terbuka tentang penyakit dan agar mendapatkan perlakuan yang sama. Ini adalah cuplikan kata sambutan Nkosi:
“kita semua manusia yang sama, Kami memiliki tangan, Kami memiliki kaki, Kami dapat berjalan, kami dapat berbicara, kami memiliki kebutuhan seperti orang lain,jangan takut kepada kami,karena kita semua sama”
Nelson Mandela menyebut Nkosi sebagai “ikon perjuangan untuk hidup”.
Bersama dengan ibu angkatnya, Nkosi mendirikan sebuah tempat perlindungan HIV positif untuk ibu dan anak-anak bernama “Nkosi Haven’s”, di Johannesburg. Pada bulan November 2005, Gail mewakili Nkosi ketika ia menerima Hadiah Perdamaian internasional anak dari tangan Mikhail Gorbachev. Nkosi’s Haven menerima US $ 100.000 hadiah uang dari Yayasan KidsRights serta patung dengan ukiran namanya. kehidupan Nkosi diangkat dalam buku “Kami” karangan Jim Woote.
.
2. Samantha Smith,1972 – 1985
Samantha Reed Smith adalah siswi Amerika dari Manchester, samantha menjadi terkenal di era Perang dingin Amerika dan Uni Soviet. Pada bulan November 1982, ketika Smith berusia 10 tahun, dia menulis surat kepada pemimpin Uni Soviet Yuri Andropov, dia menanyakan mengapa hubungan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat begitu menegangkan. Kemudian surat tersebut dimuat koran Soviet di Pravda. Samantha sangat senang mengetahui bahwa surat itu telah diterbitkan, Namun, dia tidak mendapatkan balasan. Dia kemudian mengirim surat ke Uni Soviet di Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk menanyakan apakah ada respon dari tuan Andropov. Pada tanggal 26 April 1983, ia mendapatkan respon dari Andropov. Smith menarik perhatian media luas di kedua negara tersebut sebagai “Goodwill Ambassador”, dan menjadi “Duta Besar Amerika Serikat muda” . Ia juga berpartisipasi dalam kegiatan perdamaian di Jepang. Dia menulis sebuah buku dan muncul dalam serial televisi. Ia meninggal pada usia 13 tahun di Bar Harbor Airlines dalam Penerbangan 1808 pesawat crash.
Terkagum-kagum membaca kisah mereka, benak saya tertarik untuk mencari tahu apa yang membuat anak-anak mempunyai potensi sebagai agen perubahan. Dari beberapa informasi mengenai psikologi anak, saya dapat menyimpulkan, anak dapat bertindak sebagai agen perubahan sebab mereka memiliki pemikiran, sifat dan perilaku:
1.Tulus: anak-anak mempunyai pemikiran yang tulus sehingga perilaku mereka pun akan mencerminkan ketulusan mereka. Ketulusan ini membuat apa yang mereka katakan atau sedang mereka perjuangkan lebih mengena kehati banyak orang.
2.Sederhana: Pemikiran dan perilaku sederhana pada seorang anak justru terkadang menjadi senjata ampuh yang tak terpikirkan oleh orang dewasa. Mereka hanya memikirkan hal sederhana seperti ingin bersekolah layaknya anak-anak lain, atau sekedar ingin merasakan kemerdekaan dan terbebas dari ancaman senjata setiap harinya. Perasaan sederhana itu yang membuat mereka melahirkan pemikiran sederhana dan bertindak sederhana berupa mengatakan atau menuliskan apa yang mereka rasakan dan mereka inginkan. Kesederhanan mereka membuat apa yang mereka inginkan tersampaikan dan dapat terbacadengan jelas.
3.Berani: Cara mereka dalam berfikir, berindak dan berperilaku sederhana menjadikan mereka mempunyai keberanian lebih untuk berekspresi dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan mereka inginkan tanpa mempedulikan atau memikirkan ancaman yang mungkin saja sewaktu-waktu menghabisi nyawa mereka.
4.Jujur: Ketika anak-anak ini berekspresi atau mengungkapkan sesuatu yang mereka inginkan mereka tidak mempunyai motivasi lain di baliknya. Hal ini menjadi kekuatan karena dengan kejujuran, anak-anak ini menjadi fokus dalam mengekspresikan apa yang mereka inginkan sehingga hal tersebut membuat pendengar dapat menangkap apa yang mereka maksud.
Keempat sifat tersebut hampir dimiliki oleh setiap anak, Oleh karena itu kita dapat mempercayai bahwa setiap anak dapat menjadi agen perubahan. Hanya saja, kita sebagai orang dewasa harus dapat memberikan ruang dan waktu kepada mereka. Sehingga anak-anak yang berpotensi sebagai agen perubahan dimana mungkin saja selama ini suara mereka belum didengar atau belum muncul karena kerap diabaikan dapat menunjukkan potensi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H