PERPUTARAN UANG MENJELANG NATARU DIPERKIRAKAN MENCAPAI 80 TRILIUN
Sarman Simanjorang, Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, mengatakan peredaran uang mencapai Rp 80 triliun saat libur Natal dan Tahun Baru 2024. Angka ini bersumber dari Kementerian Perhubungan.
Kementerian Perhubungan menyebutkan jumlah orang yang berkendara pada libur Natal dan Tahun Baru 2024 diperkirakan mencapai 107 juta orang atau setara dengan 26.750.000 keluarga.
Hal ini berdasarkan asumsi dari mudik Idul Fitri beberapa waktu lalu rata-rata mendatangkan Rp3 juta per keluarga, maka potensi uang beredar pada libur Natal dan Tahun Baru tahun 2023 Â ini diperkirakan mencapai Rp80,25 triliun.
Sarman menambahkan, peredaran uang tertarik pada berbagai sektor ekonomi seperti akomodasi dan pariwisata. Pada kesempatan ini diperkirakan permintaan terhadap jasa transportasi jalan, laut, dan udara akan meningkat tajam. Kamar hotel, motel, villa, kamar, dll. Permintaan lokasi pun semakin meningkat.
Bidang lain yang permintaannya meningkat adalah distribusi dan logistik bingkisan Natal dan Tahun Baru serta transportasi bingkisan.
Bahkan di industri makanan dan minuman. Saat-saat ini sering dirayakan dengan membeli banyak jajanan. Industri tekstil dan pakaian jadi juga dapat mengambil manfaat dari peningkatan permintaan dengan membeli pakaian atau aksesoris baru.
Sarman berharap transformasi besar dan berdampak pada berbagai sektor ekonomi tersebut dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional pada akhir tahun ini.
Bahkan di industri makanan dan minuman. Saat-saat ini sering dirayakan dengan membeli banyak jajanan. Industri tekstil dan pakaian jadi juga dapat mengambil manfaat dari peningkatan permintaan dengan membeli pakaian atau aksesoris baru.
Sarman berharap transformasi besar dan berdampak pada berbagai sektor ekonomi tersebut dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional pada akhir tahun ini.
Sarman berharap laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal 4 naik mencapai 5%, dibanding kuartal sebelumnya yang hanya menyentuh 4,94%.
Momentum Natal dan Tahun Baru juga diharapkan dapat mendongkrak penjualan ritel. Karena merekalah yang paling laris di seluruh subsektor dan jasa.
Tutum Rahanta, Dewan Penasehat Himpunan Pengusaha Ritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), mengatakan setiap tahun ada musim-musim yang dinantikan oleh dunia usaha, khususnya Tahun Baru Imlek, Natal dan Idul Fitri. Pada dua musim-musi tersebut, permintaan konsumen masyarakat meningkat didorong oleh transaksi akhir tahun dan pembayaran subsidi hari raya.
Tutum mengatakan Peningkatan ini bersifat musiman dan dapat membantu meningkatkan pendapatan sampai batas tertentu. Meski demikian, pihaknya mengimbau semua pihak mewaspadai potensi dampak limpahan. Inflasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong harga naik (inflasi biaya).
Berdasarkan survei penjualan eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI), sektor ritel diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja pada kuartal IV tahun ini. Indeks penjualan ritel diperkirakan meningkat 1,4% dibandingkan kuartal sebelumnya dan meningkat 2,6% dari tahun ke tahun.
CEO BI Communications Erwin Haryono mengungkapkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kelompok peralatan rumah tangga, kelompok suku cadang kendaraan bermotor, dan kelompok bahan bakar kendaraan bermotor.
SPE merupakan survei bulanan terhadap sekitar 700 pengecer di 10 kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tepat waktu mengenai pergerakan produk domestik bruto (PDB) dalam kaitannya dengan konsumsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H