Mohon tunggu...
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Ingin merubah dunia dengan tulisan ^_^\r\nTulisan ini pasti banyak memiliki kekurangan-kekurangan. melalui tulisan ini, saya pribadi akan banyak belajar untuk menulis dengan lebih baik lagi..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perhatian adalah Awal Kehidupan

30 September 2014   22:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kehidupan kita diawali dengan perhatian kita terhadap sesuatu hal. Tanpa adanya perhatian (atensi), mungkin kita tidak akan melakukan suatu hal apa pun. Kita hanya duduk diam atau pun memandang dengan pandangan yang kosong. Atensi sebagai mekanisme kognitif yang penting dan berharga (Solso, dkk., 2008). Atensi muncul berkat tangkapan kerja indera kita, kemudian diseleksi informasi yang diterima. Proses ini dinamakan proses kognitif menurut sudut pandang psikologi kognitif masa kini.

Berkat teori yang diungkapkan oleh Sigmund Freud tentang tingkatan mental (sadar, tidak sadar, dan alam bawah sadar) maka teori ini bisa dibuktikan dengan adanya kognitif. Atensi harus berada didalam kesadaran penuh. Jika tidak, maka proses kognitif yang terjadi tidak akan bekerja dengan baik. Bila ditelaah lebih lanjut lagi, masalah kesadaran memang bukan hal yang konkret atau bisa dilihat. Namun secara global kesadaran itu bisa kita rasakan. Kesimpulan yang dapat diambil dari teori Freud ini bahwa, tingkatan mental bisa dirasakan jika itu sedang berfungsi. Jika tidak maka wajar saja teori Freud ini dibantah oleh semua pihak pada saat itu.

Sesuai dengan yang diawal, bahwa atensi akan ada jika terdapat sinyal-sinyal yang berasal dari indera kita. Gambaran sederhananya, ketika kita sedang berjalan pulang kerumah, atensi kita menuju jalan yang dilalui untuk pulang kerumah. Tiba-tiba terjadi kecelakaan, maka atensi kita akan berpindah dari jalan, menuju tempat terjadi kecelakaan. Secara otomatis kaki, tangan, badan dan semua yang ada dalam diri kita akan menuju ke arah atensi yang dituju. Itu hanya gambaran sederhana saja mengenai atensi. Namun dapat kita lihat dan simpulkan bahwa atensi adalah hal yang mampu menggerakan konitif kita dan menggerakan tubuh kita. Tanpa atensi, kita tidak akan bisa bergerak karena tidak ada yang mengkomando otak kita.

Indera yang biasanya menangkap awal mengenai atensi adalah indra pengelihatan dan pendengaran. Namun bukan berarti indra lainnya tidak bisa menangkap atensi dengan baik, cuman lebih sering kita alami atensi melalui indra penglihatan dan pendengaran kita. Atensi ini tidak lepas dari persepsi. Persepsi sendiri akan menguatkan atensi yang kita miliki. Misalnya ketika kita mendengar sesuatu hal yang membuat atensi kita bekerja namun atensi kita kurang kuat untuk menngenali hal tersebut, maka persepsi akan membantu atensi untuk lebih menguatkan lagi agar kita dapat menggerakan tubuh kita terhadap tujuan atensi tersebut.

Beberapa ahli melakukan penelitian untuk lebih mendalami mengenai atensi ini. Penelitian atensi ini meliputi lima aspek utama yaitu kapasitas pemrosesan dan selektivitas, kendali terhadap atensi, pemrosesan otomatis, pandangan neorosains kognitif terhadap atensi, dan kesadaran. Berdasarkan aspek penelitian tersebut, ada hal yang perlu diamati lebih lanjut. Ternyata atensi yang ada tidak hanya ada satu atensi saja, namun ada berbagai atensi disekeliling kita. Namun atensi yang mampu membuat kita bergerak itulah atensi sesungguhnya. Analoginya seperi ketika mati lampu, kemudian kita menyorotkan sebuah lampu senter pada botol kaca, maka cahaya yang akan keluar melalui kaca tersebut hanya berfokus pada besarnya lubang pada ujung botol. Hal ini tergambar dalam atensi. Disekeliling kita dapat memunculkan atensi. Namun atensi yang dapat mendorong kita bergerak untuk melakukan sesuatu seperti apa yang diinginkan, maka itulah atensi yang sebenarnya.

Sumber: Psikologi Kognitif Robert L. Solso (2008)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun