Mohon tunggu...
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Ingin merubah dunia dengan tulisan ^_^\r\nTulisan ini pasti banyak memiliki kekurangan-kekurangan. melalui tulisan ini, saya pribadi akan banyak belajar untuk menulis dengan lebih baik lagi..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan

8 Desember 2014   16:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:48 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejenak aku berpikir dalam lamunan ku. Entah apa yang aku pikirkan namun perasaan ku saat itu sungguh gelisah. Sesaat kemudian aku tersadar karena Faldan telah membuyarkan lamunan ku yang terasa sangat panjang. Ia menepuk bahu ku sembari membuat ku kaget. Bukan hanya kaget karena dia telah membuyarkan lamunan ku tapi secara tiba-tiba dia menghampiri ku. Saat itu detang jantung ku pun semakin kencang karena Faldan sosok pria yang aku kagumi datang menghampiriku. Ini pengalaman pertama yang mungkin tidak bisa aku lupakan. Selama tiga tahun lamanya, aku mengaguminya dalam diam ku. Sekarang dia tiba-tiba menyapa ku ditengah lamunan ku. Awalnya memang terasa canggung berbicara dengannya, namun aku sadar mungkin dia menghampiri ku karena dia ingin menanyakan sesuatu. Aku pun mengenyampingkan perasaan ku dan memulai percakapan dengannya.

***

Sinar matahari mulai menyerang namun kendaraan yang ditunggu tak juga datang. Sungguh aku gelisah. Panasnya matahari pun mulai mencengkam diri ku. Aku memalingkan wajahku dari terpaan sinar matahari. Ketika aku memalingkan wajahku, aku pun melihat sosok pria dengan tatapan mata yang tajam. Ketika aku melihat matanya aku mulai tertarik dengannya. Memang aneh rasanya, tapi mulai saat itu aku mengaguminya.

Tanpa rasa canggung aku menanyakan nama pria itu kepada senior ku. Faldan, itulah namanya. Ketika mengetahui namanya aku mulai tersenyum. Senior ku pun bertanya, apakah aku suka padanya. Sigap, aku menjawab tidak. Namun dia memberikan ku nomer handphone-nya. Pada saat itu aku berpikir, berteman dengannya akan lebih baik.

Namun dugaan ku tentang pertemanan dengan Faldan hanyalah sebuah angan yang hanya ada diotak ku saja. Pada kenyataannya aku menganggap Faldan tidak akan mau berteman dengan ku. Anggapan itu datang ketika aku mulai mengamati gerak-geriknya disetiap kita bertemu. Ketika aku mulai menyapanya dia hanya memalingkan wajahnya. Yah, itu memang cukup membuat perasaan ku sakit, namun saat itu aku mulai memunculkan anggapan negatif tentang Faldan. Sikap dingin Faldan terhadap ku membuat aku memutuskan untuk sekedar mengangguminya saja tanpa adanya komunikasi apa pun.

***

Tiga tahun telah berlalu. Saatnya memikirkan masa depan. Ketika aku merasa lelah dengan segala beban, aku mulai duduk terdiam dan memandang kedepan dengan pandangan kosong. Aku memikirkan masa depan ku yang tidak tahu apakah akan terjadi atau hanya menjadi imajinasi ku saja. Ditengah lamunan ku, seseorang telah menepuk bahu ku dengan cukup keras. Secara reflek aku menggerakan kepala ku ke arah sosok yang telah mengganggu lamunan ku. Ketika melihat wajahnya, aku kaget luar biasa. “FALDAN”, ucapku keras terhadap sosok didepan mataku. Dia hanya tersenyum. Sesaat setelah ku mengucapkan kata itu, rasa canggung pun terasa. Aku pun mencoba memulai percakapan dengannya.

Pertama kalinya aku berbicara dengan sosok pria yang aku kagumi. Dalam pembicaraan tersebut, dia bercerita tentang permasalahannya dalam menghadapi perkuliahan yang ada. Dalam hati aku bertanya, “kenapa dia bercerita kepada ku?”. Namun pertanyaan itu hanya aku simpan tak aku ungkapkan. Melihat matanya yang mulai lesu dan kantung mata yang lebar membuatku sedih. Melihatnya sosok dirinya yang dulu dan hari ini memang sangat berbeda. Saat pertama kali aku jumpa, dia memiliki mata yang indah dan tatapan mata yang kuat dan tajam. Saat ini matanya terlihat rapuh. Mendengar segala kisahnya membuat ku sadar, tatapan matanya berubah karena kondisi dirinya yang sedang dikepung oleh permasalahan-permasalahan hidupnya.

Itulah awal dimana aku mulai bisa akrab dengan sosok yang ku kagumi. Seterusnya aku dapat menjalin komunikasi dengannya. Biarlah perasaan itu tetap diam. Biar waktu yang nanti akan berbicara tentang perasaan itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Refleksi Psikologi :

Dalam cerpen tersebut dapat terlihat secara garis besarnya beberapa teori psikologi kognitif. Diantaranya persepsi dan mengingat. Dalam kehidupan sehari-hari memang dua hal tersebut sering terjadi bahkan saling mempengaruhi. Maka dari itu kita dapat menggambarkan dengan jelas melalui cerpen tersebut sebagai gambaran dikehidupan nyata kita.

Persepsi. Dalam cerpen tersebut persepsi disampaikan dengan kata “menganggap” dan “dugaan”. Maksud dari persepsi adalah menduga atau menganggap sesuatu yang belum pasti kebenarannya dari stimulus yang telah didapatkannya. Selain itu dalam cerita juga tokoh sedang memikirkan masa depan. Masa depan yang belum terjadi, itu berupa persepsi internal dari sang tokoh dalam menanggapi stimulus (beban pikiran tokoh).

Mengingat. Cerpen diatas dominan menceritakan masalah masa lalu dari tokoh “aku”. Tokoh menceritakan dengan detail apa yang terjadi dimasa lalu. Masa lalu yang telah dijalani tokoh tiba-tiba muncul ketika bertemu dengan sosok orang yang ia kagumi.

Persepsi dan mengingat ini menjadikan tokoh aku tidak dapat berkomunikasi dengan sosok yang dikaguminya selama tiga tahun lamanya. Berdasarkan pengalaman masa lalunya dan persepsi yang dimilikinya tentang Faldan, membuat hal tersebut terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun