Mohon tunggu...
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias
Khasdyah Dwi Dewi Setyoningtias Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Ingin merubah dunia dengan tulisan ^_^\r\nTulisan ini pasti banyak memiliki kekurangan-kekurangan. melalui tulisan ini, saya pribadi akan banyak belajar untuk menulis dengan lebih baik lagi..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Logika Kehidupan Kognisi

19 November 2014   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kognisi sudah pasti melibatkan kerja otak. Kembali lagi ke definisi mengenai kognitif yaitu proses berpikir. Berpikir adalah proses internal di mana informasi ditransformasikan, berpikir dapat diarahkan dan mengambil peranan penting dalam pengambilan keputusan dan pada level struktural, menghasilkan formasi dan representasi mental (Solso, 2008). Berpikir biasanya kita menyebutkan kata ‘logika’. Logika sendiri maksudnya adalah ilmu berpikir (Solso, 2008). Pada umumnya logika ini kita maksdukan adalah pemikiran yang dapat dipahami oleh orang lain dan sesuai dengan kenyataan atau logis.

Berbicara mengenai berpikir, pasti orang akan mengarahkan pikiran ke arah yang logis. Namun pemahaman secara logis tidak didapatkan dengan begitu saja. ada beberapa penalaran yang dapat membantu untuk menemukan pemahaman yang diinginkan. Beberapa konsep mengenai penalaran telah dikembangkan. Terdapat dua macam penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif mengidentifikasikan bahwa kesimpulan silogisme dipengaruhi oleh bentuk presentasi (visual vs verbal), banyaknya alternatif bagi premis umum, bentuk argumen (positif vs negatif), pengetahuan jangka panjang yang berhubungan dengan masalah, dan level intelegensi problem solver (Solso, 2008). Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, penalaran deduktif ini memiliki pengaruh yang banyak hingga mendapatkan suatu pemahaman yang diinginkan. Namun biasanya orang akan lebih banyak memahami melalui penalaran deduktif ini. Selanjutnya penalaran induktif. Penalaran induktif menghasilkan kesimpulan yang sering diekspresikan pada kemungkinan pernyataan dan kesesuain lebih pada pengambilan keputusan sehari-hari daripada silogisme atau penalaran deduktif. Hal yang dapat disimpulkan dari penalaran induktif bahwa pemahaman yang diberikan melalui penalaran ini lebih sederhana tanpa adanya pengaruh-pengaruh yang lain.

Berpikir salah satunya untuk penyelesaian masalah. Pada dasarnya kehidupan di dunia ini penuh dengan masalah yang harus dihadapi oleh manusia agar kehidupan yang dijalani menjadi lebih baik. Tanpa adanya permasalahan, kita tidak akan berpikir. Berpikir adalah solusi untuk pemecahan masalah. Maka dari itu berpikir secara logika akan sangat membantu kita dalam memecahkan masalah yang ada (promblem solving). Pemacahan masalah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pertama yaitu memori. memori dapat membuat sebuah hipotesa yang akan membantu untuk penarikan kesimpulan yang kita inginkan. Memori ini sangat membantu karena dapat memberikan gambaran buat kita sendiri untuk mengambil keputusan yang tepat. Kedua yaitu refrensi sudut pandang yang dipengaruhi formulasi masalah. Maksud dari pernyataan terrsebut sudut pandang kita dalam menghadapi sebuah permasalahan. Jika permasalahan tersebut dianggap sepele, maka pemecahan permasalahannya pun akan semakin mudah, namun jika anggapan yang diberikan bahwa permasalahan itu terlalu besar, maka akan berat untuk pemecahan masalah itu sendiri. Selanjutnya yaitu kegagalan untuk menyadari seberapa samakah sebuah kejadian pada populasinya, dan meremehkan signifikansi matematis dan kejadian yang mungkin.

Pemecahan masalah sebenarnya tergantung pada individu yang menghadapi permasalahan tersebut. jika individu tersebut dapat menghadapinya dalam keadaan tenang. Maka penyelesaiannya pun akan semakin gampang dan mudah untuk dijalankan. Sebesar apa pun permasalahannya kita sebaiknya memikirkannya dengan sejernih. Selain itu penimbangan efek dari pemecahan masalah tersebut juga dirasa butuh untuk meminimalisir adanya permasalahan baru yang mungkin akan mendatangi diri kita kembali.

Sumber : Psikologi Kognitif (Robert Solso, 2008)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun