Kali ini, aku coba membangun sesuatu yang sangat sederhana menjadi berkesan. Yaitu dengan menyajikan hidangan masakan sahur bareng teman-teman rumah. Karena kebetulan, kami di bulan puasa sampai lebarang tidak mudik, alias tidak pulang kampung. Â
Ritual makan bersama sebenarnya sudah kami lakukan sejak lama, bukan hanya ketika sahur saja. Tetapi, setiap kali makan kita usahakan untuk gelar nampan besar, masak seadanya, dan hantam langsung habis.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan bukan tanpa alasan. Melainkan, karena memiliki faktor sosial yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup bersama kawan satu atap di kala sedih, marah, canda, dan bahagia.
Kebetulan menu yang ada hanya sederhana, yaitu Mi. Kami sebut masakan ini dengan "Mi Kebersamaan." Bukan seberapa enak dan kanyang santapan ini. Tetapi, seberapa mahal harga sebuah teman dalam lingkungan bersama.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan; Mi instan dengan aneka rasa yang diinginkan. Catatan, bahwa kami tidak selamanya menggunakan bumbu mie kemasan. Karena seringkali, kami menggunakan bumbu manual.
Bumbu manual kami pun alakadarnya, sebatas bawang merang secukupnya, ditambah bawang putih tidak terlalu banyak, bisa juga ditambah daun bawang, tomat, atau sawi jika ada. Dan tidak lupa dengan menggunakan telor. Kemudian aduk dengan cumpuran rasa; garam, dan lada. Ingat, bukan rasa  yang tak terbalaskan.
Selanjutnya, masukkan mie yang sudah direbus dengan air panas. Dan aduk bersama bumbu kehidupan. Bukan itu maaf, tetapi bumbu yang sudah menunggu di wajan. Aduk secara merata, pastikan semua sisi kena.
Tidak menunggu lama, hanya 2 menit mengaduk. Hidangan makan sahur kami pun jadi. Asapnya menggoda, tebar baunya khas masakan low budget. Lalu, segera kami hidangkan dan santap bareng.
Sebentar, di atas bukan poinnya. Yang terpenting dalam makan bersama di waktu sahur atau waktu lainnya adalah kebersamaan. Melatih rasa solidaritas kita sesama anak rantau, jauh dari tempat kelahiran dan keluarga.
Melatih Kepedulian