Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyikapi Perbedaan Mazhab

28 Februari 2018   16:49 Diperbarui: 28 Februari 2018   16:53 2863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: alfadhli.wordpress.com

Perbedaan madzhab dalam persoalan ijtihadiyyah terkadang menyebabkan hubungan sesama umat Islam tidak harmonis. Padahal walau berbeda pendapat, para ulama pendiri empat madzhab tidak pernah mencela satu sama lain, justru mereka tidak segan-segan berguru kepada lainnya.

Di Indonesia memiliki dua Organisasi Islam terbesar yaitu, Organisasi Muhamadiyyah, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan (18 November 1912 M/8 Dzulhijjah 1330 H), dan Organisasi Nahdhatul Ulama (NU), didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari ( 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H). Keduanya memiliki pengaruh besar terhadap bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan politik.

Akan tetapi, perbedaan kedua organisasi ini kerap terjadi, karena cara dan manhaj yang digunakan keduanya juga berbeda. Seperti Muhamadiyyah menggunakan Majlis Tarjih, dan beberapa Masail al-Fiqhiyyah diambil dari madzhab Hambali, dikenal dengan Imam Hambali. Sedangkan NU menganut paham Ahlussunah Waljamaah,dalam bidang fiqhnya lebih cenderung mengikuti madzhab Syafi'I dikenal dengan sebutan Imam Syafi'i.

Kasusnya yaitu, dalam shalat subuh menggunakan qunut dan tidak berqunut. Khilafiyuah ini sering terjadi antara pemahaman fiqh Muhamadiyyah dan NU. Tetapi, prihal qunut dan tidak berqunut kembali kepada qissahImam Syafi'I yang menghormati pendapat Imam Abu Hanifah. Ketika berada di Baghdad dan kebetulan melaksanakan shalat subuh didekat makam Abu Hanifah, Imam Syafi'I memilih tidak melakukan qunut subuh untuk menghindari khilafiyyahdengan para mujtahid lainnya.

Maka, sikap yang tepat untuk menyikapi khilafiyyah yaitu, memahami kembali pemahaman empat madzhab; Hanafi (Imam Abu Hanifah), Maliki (Imam Malik bin Anas), Syafi'i (Imam Syafi'i), dan Hambali (Imam Ahmad bin Hanbal). Mudahnya, sering mendengarkan ceramah Ustaz Abdul Somad, Lc. M.A dari Pekanbaru Riau atau pun asatidz lainya. Karena kandungan ceramah Ustaz Abdul Somad tergolong sejuk, dan banyak menyinggung permasalah fiqh.

Seperti yang diungkapkan Jusuf Kala, Wakil Persiden Republik Indonesia sekarang, bahwa ceramah-ceramah Ustaz Abdul Somad meneduhkan dan memiliki referensi kuat. "Ceramah-ceramah dari Ustaz Abdul Somad itu kanteduh, baik, dan referensinya kuat. Itu yang membedakan dengan ustaz lainnya," ujar JK, Republika (5/2) Ahad.   

Almarhum KH Hasyim Muzadi juga menyampaikan sikap moderat menyikapi khilafiyahan hari raya Idul Fitri antara Muhamadiyyah dan NU yaitu, dengan memahamkan kembali kepada masyarakat bahwa perbedaan itu ada, karena yang berbeda hanya cara menghitung tanggal saja, bukan shalatnya. "Yang bisa, pengertian seluruh umat Islam, bahwa perbedaan itu terbuka, memang ada. Yang kedua, ini memang tidak mengada-ada, karena shalatnya sama, tanggalnya yang tidak sama," ujanya, saat acara Reuni Akbar Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor, sabtu (3/9) 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun