Pemuda diidentikkan dengan kaum muda generasi bangsa, yang akan menentukan perubahan-perubahan dewasa nanti. Pemikiran intelektual pemuda dapat merubah dan memajukan bangsa. Karena pemuda memiliki potensi unggul di masyarakat, sekaligus menjadi harapan penerus cita-cita perjuangan bangsa, wa bilkhusus bangsa Indonesia. Sumber insani pembangunan bangsa ini tidak lain dari para pemuda-pemudi yang unggul dan berprestasi di bidangnya masing-masing. Namun sebaliknya, pemuda juga dapat menjadi tombak sebuah kehancuran bagi suatu bangsa karena perbuatan-perbuatan yang dilakukan tanpa berdasarkan norma agama dan negara. Â
Fenomenanya, pemuda kita dewasa ini selalu membuat trend konyol di media sosial Instagram. Mereka mengunggah foto bersama kekasihnya dengan gaya kontroversi di mata publik. Selain itu, kalangan pemuda mengikuti trend tersebut di media sosial Facebook, Twitter, dan lainnya. Â
Pada bulan januari lalu, muda-mudi Indonesia di-booming-kan dengan tukar baju pacar. Postingan muncul dalam satu akun di Instagram dan beberapa akun lain. Ini menjadi perhatian banyak pihak sehingga pemilik akun mendapatkan komentar negatif. Pada kejadian tersebut dapat diprediksikan bahwa mereka masih berpacaran.
Perbuatan serupa pada bulan april, namun berbeda petingan. Sepasang kekasih berpose dalam kondisi perempuan mencium ketiak pacar yang menandakan relationship goals atau keberhasilan sebuah hubungan. Akhirnya, berdampak pada pemberitaan di media terus mencul hingga menjadi pemberitaan media asing, Australia dan Cina.
Daily Mail Australia, 06 April 2016 pukul 05:08 berjudulkan, "Love at first whiff! Bizarre snaps show women smelling, nuzzling and kissing their boyfriends armpits... so will this social media trend take off?" atau cinta pada bau pertama! Terlihat aneh foto yang menunjukan seorang wanita mencium bau, menyodorkan, dan mencium ketiak pacar. Jadi, akankah trend di media sosial ini berlalu?
Pemberitaan perbuatan pemuda Indonesia itu pun menjadi sebuah cerminan buruk di mata negara lain karena dianggap telah melampaui batas bagi seorang pemuda. Salah satu tolak ukurnya, perempuan mencium ketiak pacarnya secara sukarela ketika laki-laki mengangkat tangannya ke atas tanpa mengenakan kaos.
Berikutnya beberapa remaja SMA, setelah pengumumam kelulusan Ujian Nasional (UN) mereka mengadakan party corat-caret seragam sekolah. Bahkan merobek baju sampai tersisa 3 kancing dan merobek rok hingga terumbar auratnya. Di Kota Medan ada beberapa Siswi-siswi SMA konvoi di jalanan setelah selesai mengikuti Ujian Nasional. Pada akhirnya di tilang oleh perwira Polwan, dan mengaku anak Jendral.
Meninjau permasalahan ini, Anggota Komisi A DPRD Labusel Ramot Marbun, Riau, menanggapi bahwa siswa-siswi di daerahnya dianjurkan untuk mengambil langkah positif dengan menyumbangkan seragam sekolah kepada adik-adiknya yang lebih membutuhkan. Dia juga menilai tindakan corat-caret termasuk perilaku kurang baik dilakukan para pelajar. Informasi itu disampaikan dalam metrosiantar.com, 16 April 2015.
Semua kejadian di tengah-tengah para pemuda sebenarnya telah terjadi di Negara lain tetapi tidak begitu tren. Pertama, tukar baju laki-laki dan perempuan sudah terjadi dibeberapa negara yang dilakukan oleh sepasang suami-istri. Namun kedua, mencium ketiak pacar belum pernah terjadi di negara lain, karena hal demikian sangat aneh dilakukan. Ketiga, corat-caret seragam sekolah mungkin menjadi ciri khas pelajar SMA Indonesia di beberapa daerah, tidak semua. Karena beberapa negara lain pun melakukan hal serupa, hanya saja mereka melakukannya dengan pesta minum alkohol, diskotik, dan lainnya.
Semua fenomena tersebut tidak pantas dilakukan oleh kelangan muda, khususnya pemuda Indonesia. Terlintas dalam benak kita, bagaimana seharusnya menjadi seorang pemuda?
Sebagai pemuda seharusnya kita melihat pada sosok hafidz cilik berusia tujuh tahun, Musa La Ode Hanafi yang dikirim untuk mengikuti Musabaqah Hifzil Qur'an (MHQ) Internasional di Sharm El-Sheikh Mesir pada 10-14 April 2016. Alhamdulillah Musa menyabet juara tiga dalam kategori hafalan 30 juz anak-anak.