Mohon tunggu...
Kharisma Putri Rahmadani
Kharisma Putri Rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Globalisasi Lingkungan: Upaya Greenpeace Mengatasi Polusi Air di Tiongkok

23 Desember 2022   20:27 Diperbarui: 25 Desember 2022   12:46 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Polusi Air di Tiongkok. Sumber Foto : https://pixabay.com/

Globalisasi merupakan penyebaran nilai-nilai dan masuknya budaya tertentu ke seluruh dunia. Masuknya nilai-nilai ini juga mempengaruhi budaya gaya berpakaian masyarakat saat ini yang dipengaruhi gaya western. Tren-tren fast fashion mendorong meningkatnya perilaku konsumtif dan boros.

Merk besar dunia yang bergerak di fast fashion pun secara besar-besaran memproduksi barang sesuai permintaan pasar (demand). Tanpa sadar, produksi besar-besaran ini mengakibatkan kerusakan alam dan pencemaran air yang diperburuk oleh pengelolaan limbah yang lalai. Hal ini mengakibatkan kerusakan-kerusakan alam yang akan mengancam keberlangsungan hidup seluruh mahluk hidup, tak terkecuali bagi manusia itu sendiri. Isu-isu lingkungan sendiri kemudian menyita perhatian dunia dan dianggap sebagai isu global yang harus segera ditangani masyarakat global. 

Greenpeace sebagai salah satu organisasi internasional yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan dan mengupayakan pencegahan kerusakan alam seperti deforestasi hutan, pencemaran air dan udara. Tiongkok adalah salah satu negara yang memiliki angka penduduk yang fantastis sehingga limbah yang diciptakan manusia juga sangat besar terutama limbah- limbah industri yang terus membludak mengingat Tiongkok merupakan negara industri terbesar di dunia. Selain situasi ini mengkhawatirkan bagi lingkungan, permasalahan limbah dan polusi air yang terjadi di Tiongkok juga dapat membahayakan orang-orang disekitarnya.

Tiongkok merupakan negara industri terbesar di dunia sehingga limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri-industri ini akhirnya mengancam kualitas persediaan air di Tiongkok.  Sedangkan, air merupakan salah elemen penting dalam kehidupan manusia. Air berperan penting untuk memenuhi kebutuhan manusia baik untuk dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci, kakus dan sebagainya. Namun, bagaimana apabila air yang kita gunakan sehari-hari mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh kita? tentu saja itu sangat mengkhawatirkan dan mengancam kesehatan diri kita, mahluk hidup, dan lingkungan sekitarnya.

Penyebab utama kerusakan alam lingkungan adalah ulah manusia yang  tidak bertanggungjawab atas tindakan yang berujung  perusakan alam. Pencemaran air yang terjadi di Tiongkok merupakan ulah manusia yang terkesan abai terhadap lingkungan. Greenpeace menyatakan bahwa pencemaran air yang terjadi disebabkan oleh pembuangan limbah-limbah ke sungai oleh industri yang bergerak di bidang tekstil yang ada di Tiongkok. Menurut pengamatan yang telah dilakukan oleh Greenpeace, sungai-sungai yang mengaliri Tiongkok seperti Sungai Yangtze dan Sungai Pearl dikabarkan telah tercemar limbah pabrik yang berbahaya. 

Bahkan, setiap tahunnya diperkirakan terdapat 14 ton sampah yang di buang ke sungai Yangtze. Adapun dengan sungai Pearl yang sudah mulai tercemar, disebabkan daerah muara sungai ini terdapat kegiatan industri yang pesat yang berhasil menyumbang Produk Domestik Bruto negeri Tirai Bambu sebesar 10% lebih pada tahun 2007 (Tsarsono & Waluyo, 2018).

Dengan tercemarnya sungai-sungai ini, ikan-ikan yang hidup didalamnya dinilai tidak layak konsumsi karena habitat ikan yang sudah terkontaminasi oleh limbah industri. Greenpeace melakukan kampanye yang disebut Detox Campaign on Fashion pada Juli tahun 2011 yang menargetkan para pebisnis di bidang tekstil untuk mengatasi polusi air. Kampanye detoks ini berfokus pada perusahaan tekstil dan menuntut perusahaan merk fashion di dunia untuk memutus rantai pencemaran yang disebabkan oleh limbah beracun dari aktivitas industri mereka serta berkomitmen untuk menghilangkan zat-zat yang berbahaya di industri tersebut.

Pengelolaan limbah yang buruk inilah yang menyebabkan pencemaran terhadap sungai-sungai dan danau di Tiongkok. Diketahui bahwa hampir 70% sumber air di Tiongkok telah tercemar, bahkan tidak hanya sumber air yang memiliki kualitas buruk seiring memburuknya pengolahan limbah disana, kualitas udara di Tiongkok juga memburuk akibat asap yang dihasilkan dari aktivitas industri Tiongkok.  Hal ini disampaikan oleh Greenpeace melalui laporan penelitiannya yang berjudul Dirty Laundry sebagai hasil dari penelitian Detox Campaign on Fashion di Tiongkok.

Greenpeace juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyebarkan konten edukasi berisikan video Detox Campaign yang akhirnya tersebar diseluruh negara melalui media sosial. Konten-konten ini akhirnya sampai ke masyarakat global dan mengumpulkan massa yang turut mendukung Greenpeace dengan menaikkan tagar #PeoplePower di media sosial. Usaha ini kemudian berhasil mendapatkan perhatian dari beberapa brand terkenal didunia untuk menghilangkan zat-zat berbahaya dalam produksi tekstil brand-brand tersebut. 

Kesuksesan Greenpeace ini kemudian mendapatkan mempublikasikan usaha- usahnya yang berupa hasil penelitian dalam Dirty Laundry, Toxic Threads, A Little Story About Fashionable Lie, A Little Story about The Monster in Your Closet, dan A Red Card for Sportwear Brands.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun