Mohon tunggu...
Kharisma Hidayah
Kharisma Hidayah Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah baik tanpa menjatuhkan.. Jadi tinggi tanpa merendahkan.. Bahagia sesimple itu!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mari Ketahui Beberapa Dimensi yang Ada dalam Filsafat Ilmu

17 Oktober 2019   05:41 Diperbarui: 17 Oktober 2019   05:54 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum membahas mengenai dimensi. Harus kita ketahui bahwa dimensi merupakan sudut pandang terhadap sesuatu.  Sedangkan dalam filsafat dimensi dijelaskan menjadi beberapa, antara lain:

1. Dimensi Ontologis
Dimensi itu sendiri merupakan sudut pandang mengenai sesuatu. Ontologis secara istilah berasal dari bahasa yunani onta yang artinya sesuatu yang benar-benar ada dan logos yaitu study/ilmu. Jadi, dimensi ontologis merupkan suatu sudut pandang yang mengkaji mengenai suatu hakikat yang benar-benar ada.

2. Dimensi Epistimologis
Dimensi epistimologis sering disebut sebagai theory of knowledge (Teori pengetahuan)  jadi dalam penelaahannya menjelaskan atau mengupas pengetahuan yg berdasarkan pengalaman secara mendalam.

3. Dimensi Aksiologis
Dimensi aksiologis disini merupakan teori tentang nilai nilai filsafat hubungannya erat mengkaji mengenai etika dan estetika. Dimensi aksiologis juga merupakan suatu upaya untuk mencapai suatu hakikat dan manfaat pengetahuan.

4. Rasionalisme
Rasionalisme merupakan suatu pegangan sudut pandang yang sumber utamanya adalah akal. Dalam rasionalisme menekankan bahwa sesuatu yang sifatnya rasionalis harus mendapatkan suatu hasil akhir berupa pembuktian, logika beserta analisis yang berdasarkan fakta.

5. Empirisme
Empirisme merupakan suatu pandangan yang dalam sudut pandangnya berdasarkan pengalaman manusia. Empirisme menolak adanya anggapan bahwa manusia telah membawa pengetahuan dalam dirinya sejak lahir. Adanya empirisme ini memang sangat bertolak belakang dengan rasionalisme. Pada asumsinya memang lebih mengecilkan peranan akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun