Kris Budihardjo, seorang analis politik, memberikan pandangan mendalam terkait dinamika pencalonan presiden 2024 di Indonesia. Dalam analisisnya, Budihardjo menyoroti hubungan yang kompleks antara partai politik dan pemimpin, khususnya dalam konteks pasangan calon yang terlibat.
Jakarta,Dalam situasi saat ini, Budihardjo memfokuskan perhatiannya pada pasangan calon seperti Anies dan Muhaimin (01), Prabowo dan Gibran (02), serta Ganjar dan Manfud MD (03). Ia mencatat bahwa Anies, meskipun bukan petugas partai atau kader, mendapatkan dukungan dari partai-partai seperti Nasdem, PKS, dan PKB. Sementara itu, Muhaimin, wakil Anies, merupakan ketua partai dan pemilik dari PKB.
Di sisi lain, pasangan Prabowo dan Gibran (02) menunjukkan dinamika yang menarik. Prabowo, sebagai capres, juga merupakan ketua partai dan owner partai Gerindra. Gibran, cawapres non-partai, mendapatkan dukungan dari jutaan relawan pro-Jokowi, menambah kompleksitas dalam hubungan antara partai dan calon.
Kemudian, pasangan Ganjar dan Manfud MD (03) menunjukkan perpaduan antara petugas partai dan non-partai. Ganjar, sebagai calon presiden, merupakan kader PDI Perjuangan, sementara wakilnya, Manfud MD, tidak berafiliasi dengan partai politik.
Budihardjo mengeksplorasi bahwa pemahaman kualitas dan kapasitas seorang pemimpin, seperti yang terlihat pada pilpres tahun ini, dapat membawa dampak besar dalam dinamika politik. Ia menyimpulkan bahwa keseimbangan hubungan antara partai politik dan pemimpin dapat menciptakan kondisi politik yang stabil dan menguntungkan bagi semua pihak.
Analisis Budihardjo ini memberikan sudut pandang yang menarik terhadap peran partai politik dan pemimpin dalam proses pencalonan presiden. Seiring dengan berjalannya Pilpres 2024, dinamika ini diyakini akan memberikan warna tersendiri dalam politik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H