Mohon tunggu...
Inovasi

Penyensoran Memperburuk atau Tidak?

26 November 2016   20:46 Diperbarui: 26 November 2016   20:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com


Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dikenal oleh masyarakat sebagai “penjaga”. Tidak hanya bertugas untuk memotong adegan yang dianggap tidak wajar, melainkan juga menjaga agar masyarakat tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berpengaruh negatif dari tayangan. Memang maksud KPI baik, akan tetapi penyensoran atau blur ini sudah dianggap berlebihan. 

Contohnya liputan yang membahas mengenai atlet renang yang mengikuti Pekan Olahraga Nasional Jawa Barat. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kini kembali mendapat respon negatif dari netizen. Banyak netizen beranggapan bahwa blur atau sensor ini sangat eksesif karena gambar atau video sebenarnya memang sudah layak dan sepantasnya akan tetapi di blur atau di sensor oleh KPI. KPI dianggap fanatik oleh banyak netizen, karena terlalu fokus kepada film barat sampai-sampai film atau tayangan lainnya kehilangan maknanya.

Jika kita melihat contoh atlet renang PON Jabar, kita tentu sudah berpikir bahwa mereka layak menggunakan baju renang, karena mereka adalah atlet renang. Jika dilihat juga, sensor ini tidak termasuk dalam konteks pornografi, karena sekali lagi sangat wajar untuk menggunakan pakaian tersebut. Bukankah penyensoran atau blur ini berdampak lebih buruk? Ya, betul dapat memperburuk. Mengapa? Penyensoran membuat penasaran terutama bagi anak yang masih muda. Bagi anak-anak yang tidak tahu mengapa video atau gambar tersebut disensor. Semakin dilarang atau ditutup-tutupi semakin membuat orang penasaran. Anak-anak jaman sekarang ini dapat mengakses Internet lebih cepat daripada orang-orang dewasa. Mereka dengan gampang dapat mencari tahu apapun itu yang membuat mereka penasaran lewat Mbah Google. Setelah mereka tahu, mungkin mereka akan mencari tahu lebih mengenai hal itu dan kelak akan berakibat fatal jika ketagihan. 

Sebagai warga Indonesia, saya harap KPI atau badan sensor dapat membedakan yang mana yang tidak baik dan yang mana yang wajar untuk ditayangkan. Memang film atau acara yang ditayangkan harus di sortir akan tetapi jangan sampai menyensor hal-hal yang seharusnya biasa saja. Sebagai warga, saya merasa tidak nyaman menonton hal yang ujung-ujungnya hampir disensor semua. Kita sebagai warga yang menjadi penonton juga harus menentukan dan memilih tontonan. Saya harap pihak KPI terus menjadi “penjaga” masyarakat yang dapat memilah mana yang layak dan tidak layak untuk ditayangkan di stasiun TV. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun