Media sosial bisa menjadi jebakan bagi diri kita sendiri apabila kita tidak bisa menggunakannya dengan baik. Kemudian saya ingin menceritakan pengalaman lain mengenai penggunaan teknologi informasi. Dengan teknologi informasi, saya telah menyelami dunia bisnis saya yang baru seumuran jagung. Saya tidak memiliki skill di bidang bisnis. Tetapi saya tipe orang yang mau mencoba hal baru. Modal nekat aja dulu...hehehe. Saya memulai usaha bisnis saya dari menjadi dropshipper.
 Tugas saya hanya mempromosikan produk-produk yang nantinya akan dikirimkan dari suplayernya langsung. Berawal dari dropshipper makanan. Mengapa saya memilih makanan untuk percobaan bisnis saya yang pertama kali? Ya karena menurut saya semua orang butuh makan. Dari usaha pertama saya menjadi dropshipper selama satu bulan, saya beralih mencoba menjadi dropshipper pakaian muslimah. Saya bergabung dengan teman saya yang merupakan reseller. Saya menjadi dropshipper pakaian muslimah selama kurang lebih lima bulan selama masa pandemic covid-19. Untungnya entah kenapa, lebih besar dibandingkan menjadi dropshipper makanan. Tapi saya menduga penyebab lebih utungnya bisnis pakaian muslimah adalah karena saya menargetkan teman-teman satu kampus saya untuk menjadi sasaran customer.
         Saya mengakui bahwa berbisnis itu tidak mudah. Bahkan suatu ketika saya pernah hampir saja kena tipu oleh calon customer tak dikenal, yang berasal dari grup telegram jualan online saya. Ketika itu dia bertanya apakah bisa bertransaksi menggunakan aplikasi One Klik. Dia megaku ingin transfer menggunakan aplikasi itu, tetapi syaratnya harus verifikasi menggunakan nomor seri kartu ATM. Jelas saya saya kaget, kerana dimana-mana yang namanya transfer itu seharusnya meminta nomor rekening, bukan nomor seri kartu ATM. Sangat tidak masuk akal dan membuat saya kesal. Langsung saja dalam sekejap saya langsung memblokir nomor tidak dikenal tersebut.
        Saya telah menyelami dunia teknologi informasi dan komunikasi ini sudah sedari awal saya duduk dibangku kelas empat sekolah dasar. Saat itu di sekolah dasar saa ada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Dari situ saya dikenalkan dengan platform bernama 'Google' dan juga 'Youtube'. Saya mulai rutin menggunakan kedua platform tersebut saat kelas empat sekolah dasar karena dari situlah saya mulai mengenal drama korea.Â
Karena jadwal sekolah saya yang padat, sehingga saya tidak sempat mengikuti tayangan drama korea favorit saya di televisi hingga full episode. Saat itu sekolah saya berbasis fullday, yang mengharuskan saya erangkat dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. Untuk mengejar ketertinggalan episode drama korea itu, saya memutuskan untuk menonton episode tertentu melalui youtube. Jika saya sedang malas menonton, saya lebih memilih membaca sinopsisnya saja melalui blog pecinta drakor yang saya dapatkan dari hasil searching google. Kemudian jaman di sekolah dasar, saya memang hobi menonton televisi.Â
Selain drama korea yang saya tonton, saya juga menyukai tayangan Thomas cup dan uber cup. Semacam ajang perlombaan bulu tangkis antar Negara Asia. Juga pertandingan sepak bola AFF championship yang pada saat itu Timnas Indonesia berhasil lolos ke abbak final meski tidak membawa piala. Saking sukanya menonton pertndinga-pertandingan tersebut, saya kadang bisa tidur hingga larut malam. Meskipun diam-diam juga sih tidur larut malamya, karena tidak diperbolehkan oleh orang tua, saya juga masih kecil saat itu. Mungkin orang tua khawatir akan kesehatan saya. Masih kecil kok sudah suka begadang..hehehe.
          Menginjak SMP, saya mulai dikenalkan dengan media sosial bernama twitter. Kala itu twitter saya gunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman saya, juga untuk berkomunikasi dengan admin-admin fanbase idola korea saya, yaitu Song Joong Ki yang sampai saat inipun saya masih mengidolakannya karena kepintarannya dan skill actingnya yang sudah tidak diragukan lagi. Kemudian melalui twitter saya juga bisa mendapatkan motivasi hidup melalui kutipan-kutipan motivasi yang diunggah oleh akun twitter bernama "tweetbijak".Â
Menginjak kelas satu SMA, saya mulai kenal media sosial berbasis aplikasi yang disebut BBM atau BlackBerry Messenger yang pada mulanya BBM adalah aplikasi yang hanya ada di handphone BlackBerry saja. Tetapi pada masa SMP tersebut, BBM sudah tersedia di android. Semenjak kenal BBM. Twitter saya tidak pernah digunakan lagi. Maklum, sudah terkena demam BBM. Waktu itu saya suka sekali mengumpulkan teman online baru dengan mengumpulkan pin BBM mereka. Saat itu sedang ramai-ramainya kakak-kakak mahasiswa berkunung ke sekolah saya untuk menjalani kegiatan PPL. Moment itu kemudian saya manfaatkan untuk berkenalan dan agar lebih akrab dengan mereka, saya pun tak sungkan untuk meminta pin BBM mereka satu persatu.Â
Setelah saya naik ke kelas 2 SMA, BBM sudah tidak tren lagi dikalangan sekolah saya,mungkin sekolah lain juga. Dan beralihlah saya ke Whatsapp, LINE dan Instagram. Whatsapp dan LINE aplikasi media sosial yang digunakan untuk chatting. Sedangkan instagram adalah media sosial yang digunakan untuk memposting foto-foto pribadi, maupun untuk keperluan bisnis. Nah, mulai dari sini saya merasakan efek negatif dari penggunaan instagram. Saya mulai membandingkan kehidupan saya dengan kehidupan teman-teman di instagram yang saya follow melalui foto atau story yang mereka unggah.
 "Sepertinya kehidupan mereka lebih beruntung dibandingkan saya.." begitu gumam saya dalam hati. Mungkin karena konten yang mereka suguhkan di instagram terlihat mewah dan hal-hal baik saja yang mereka perlihatkan. Dari situ saya mulai membatasi diri saya dalam pengggunaan instagram. Saya mulai jarang melike postigan teman-teman saya, dan jarang melihat story teman-teman saya. Saya hanya menggunakan instagram untuk mencari tau informasi yang ingin saya ketahui, juga sebagai platform saya untuk memulai usaha.
          Saat ini saya sudah berada ditahapan akhir dari pendidikan, yaitu kuliah. Dan saya sudah sangat menyadari efek-efek negatif yang ditimbulkan dari teknologi informasi dan komunikasi ini. saya merasa sangat ketergantungan dengan teknologi informasi dan komunikasi contoh kecilnya saja, saya tidak bisa jauh-jauh dari handphone saya. Ketika bangun tidur, yang pertama kali saya cari adalah handphone.itu yang membuat hari-hari saya merasa malas mengerjakan sesuatu yang lebih penting dari sekedar bermain gadget.Â