Mohon tunggu...
khanzamuna
khanzamuna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

introvert person

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Komunikasi yang Efektif: Bagaimana Konselor Membantu Keluarga Mengatasi Konflik

3 Januari 2025   19:08 Diperbarui: 3 Januari 2025   19:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konflik dalam keluarga adalah hal yang tak terhindarkan. Perbedaan pendapat, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut, hingga tantangan ekonomi dapat menjadi pemicu utama terjadinya konflik. Meskipun demikian, yang terpenting bukanlah menghindari konflik, melainkan bagaimana mengelola dan mengatasinya. Di sinilah peran konselor keluarga menjadi sangat krusial. Konselor dapat membantu keluarga menangani konflik dengan cara- cara yang konstruktif, membantu mereka membangun komunikasi yang lebih efektif. Komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam menyelesaikan masalah. Namun, banyak keluarga yang belum menyadari pentingnya langkah ini, atau belum mengetahui cara untuk melakukannya. Ketika komunikasi terhambat, masalah kecil dapat berkembang menjadi konflik yang besar dan berkepanjangan. Konselor keluarga memiliki keterampilan dan teknik yang dapat membantu anggota keluarga berkomunikasi secara lebih jelas, menghargai perasaan dan pandangan satu sama lain, serta menciptakan lingkungan yang mendukung untuk penyelesaian konflik. Selain itu, konselor juga membantu keluarga memahami peran dan tanggung jawab masing-masing anggota dalam mengatasi konflik. Kesadaran diri dan empati adalah dua elemen penting yang sering kali diabaikan dalam situasi konflik. Dengan bimbingan yang tepat, konselor dapat membantu setiap anggota keluarga mengevaluasi posisi mereka masing-masing, memupuk keadilan, dan merencanakan solusi yang saling menguntungkan. Lebih jauh lagi, konselor tidak hanya berfokus pada konflik itu sendiri, tetapi juga pada faktor-faktor yang mendasari terjadinya konflik tersebut. Dengan menggali lebih dalam ke akar penyebab masalah, konselor dapat memberikan panduan yang lebih holistik dan permanen. Konselor membantu keluarga memahami pola-pola komunikasi yang cenderung merusak, dan menggantinya dengan cara yang lebih positif dan produktif. Hasilnya, keluarga tidak hanya mampu mengatasi konflik yang ada, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan serupa di masa depan.

Membangun komunikasi yang efektif dalam keluarga bukanlah pekerjaan yang mudah, namun dampaknya sangat signifikan untuk kesejahteraan emosional seluruh anggotanya. Dalam pandangan saya, konselor berperan sebagai fasilitator yang membantu mengatasi ketidakseimbangan komunikasi. Teori Komunikasi Keluarga dari Virginia Satir menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sebuah sistem dan kualitas komunikasi di dalamnya menentukan dinamika interpersonal antar anggota keluarga. Konselor dapat menggunakan prinsip-prinsip ini untuk membantu keluarga menerapkan pola komunikasi yang lebih sehat, seperti meminimalkan kesalahpahaman dan mengurangi ketegangan emosional. Selanjutnya, konselor keluarga seringkali menggunakan teknik mediasi untuk menengahi berbagai posisi yang berbeda dalam keluarga. Melalui mediasi, konselor menyediakan suasana yang netral dan aman untuk semua anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaan dan pendapat mereka tanpa rasa takut. Hal ini sejalan dengan Teori Transformasi Konflik yang dikemukakan oleh John Paul Lederach, yang menekankan bahwa konflik harus dilihat sebagai kesempatan untuk perubahan positif, bukan sekadar masalah yang harus diatasi. Dengan bantuan konselor, keluarga dapat belajar untuk tidak hanya menyelesaikan konflik yang ada, tetapi juga memperkuat hubungan interpersonal mereka.

Konselor juga berperan dalam membantu keluarga mengembangkan empati dan keterampilan mendengarkan yang efektif. Carl Rogers, dalam karyanya tentang terapi berpusat pada klien, menekankan pentingnya empati dalam komunikasi. Menurutnya, mendengarkan dengan empati meningkatkan pemahaman dan pengertian, yang pada akhirnya memperkuat hubungan antar anggota keluarga. Konselor dapat melatih anggota keluarga untuk lebih mendengarkan dan kurang bereaksi defensif, yang akhirnya mengurangi eskalasi konflik dan meningkatkan rasa saling percaya.  Akhirnya, konselor membantu keluarga untuk membangun kapasitas resilien, atau ketahanan psikologis, menghadapi tantangan masa depan. Keluarga yang mampu beradaptasi dan belajar dari konflik sebelumnya memiliki peluang lebih besar untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul di masa depan. Dalam banyak hal, konselor adalah mitra yang membantu keluarga membangun sumber daya internal mereka sendiri, menguatkan ikatan emosional, dan membentuk lingkungan yang lebih harmonis untuk menghadapi dinamika kehidupan sehari- hari. Dengan demikian, keluarga tidak hanya menjadi lebih kuat menghadapi konflik, tetapi juga lebih mampu menciptakan suasana positif di rumah mereka.

keluarga. Tanda-tanda termasuk komunikasi yang buruk yang berkepanjangan, seringnya terjadi pertengkaran, perasaan tidak dihargai, atau adanya perubahan besar dalam dinamika keluarga seperti perceraian, kematian, atau penyakit serius. Bantuan seorang konselor dapat memberikan jalan keluar dan teknik yang signifikan untuk memulihkan keharmonisan keluarga. Saya mempunyai kisah inspiratif dimana ibu saya menjalani tantangan besar ketika ayah saya, kehilangan pekerjaannya. Situasi ini menyebabkan ketegangan yang signifikan di dalam keluarga saya dan komunikasi antara anggota keluarga mulai memburuk. Menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan, say membawa ibu saya menemui seorang konselor keluarga. Dengan bimbingan konselor, ibu belajar teknik komunikasi yang lebih baik, seperti menggunakan pernyataan "saya" untuk mengungkapkan perasaan dan mendengarkan secara aktif. Secara perlahan, ibu berhasil memperbaiki hubungan dan menemukan solusi untuk masalah mereka.

Sebagai kesimpulan, membangun komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengatasi konflik dalam keluarga, dan peran konselor sangat penting dalam proses ini. Dengan bimbingan konselor, keluarga dapat mempelajari teknik komunikasi yang lebih baik, seperti mendengarkan secara aktif, mengungkapkan perasaan dengan jelas, dan menghindari konfrontasi yang tidak perlu. Konselor juga membantu anggota keluarga memahami perspektif satu sama lain, meningkatkan empati, dan membangun rasa saling percaya. Melalui teknik- teknik ini, keluarga tidak hanya mampu mengatasi konflik yang ada tetapi juga memperkuat hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa dengan bantuan profesional, keluarga dapat menemukan solusi yang efektif untuk masalah mereka dan tumbuh bersama menghadapi tantangan dengan lebih baik. Ini menggarisbawahi betapa pentingnya komunikasi yang baik dan profesionalisme konselor dalam mendukung kesejahteraan dan harmoni keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, A. (2022). Urgensi Konseling Komunitas dalam Menjaga Toleransi Beragama. Konseling: Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Penerapannya, 3(3), 107-114.

Musa, J., & Bulan, J. L. (2024). PENDEKATAN BIMBINGAN KONSELING KRISTEN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KELUARGA YANG HARMONIS. ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION, 4(3), 432-441.

Ulfiah, U. (2021). Konseling keluarga untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 69-86.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun