Transportasi merupakan unsur terpenting dalam perkembangan suatu negara. Dimana transportasi dapat mendorong kegiatan perekonomian dan pembangunan di suatu daerah. Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam sistem transportasi terdapat dua unsur utama, yaitu pergerakan barang atau komoditas dan penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya. Transportasi juga berfungsi sebagai layanan yang mendukung berbagai sektor, seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, perdagangan, konstruksi, keuangan, pemerintah, serta bidang pertahanan dan keamanan. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan kota, kebutuhan akan sistem transportasi yang efisien dan ramah lingkungan semakin mendesak. Hal ini disebabkan oleh pengaruh besar sistem transportasi terhadap mobilitas penduduk dan kelancaran kegiatan ekonomi. Selain itu suatu kota terbentuk dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada di kota tersebut. Dengan pengaturan tata guna lahan yang baik dan peningkatan akses fasilitas transportasi, maka kota akan tertata dan jelas.
Transportasi memiliki kontribusi yang signifikan dalam mendukung kegiatan perkotaan, terutama sebagai penggerak utama mobilitas masyarakat dan distribusi barang serta jasa. Infrastruktur transportasi yang baik memungkinkan penduduk kota untuk mengakses berbagai layanan penting, seperti tempat kerja, fasilitas pendidikan, pusat kesehatan, dan kawasan rekreasi dengan lebih mudah dan efisien. Hal ini secara langsung meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Sebagai penghubung antar wilayah, transportasi juga berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di kawasan perkotaan. Selain itu, transportasi publik yang berkualitas dan terjangkau dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, sehingga membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi udara. Penggunaan transportasi hijau, seperti kendaraan listrik dan peningkatan fasilitas bagi pejalan kaki serta pesepeda, menjadi semakin penting dalam upaya mengurangi emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, transportasi yang terencana dengan baik, seperti sistem transportasi hijau yang melibatkan penggunaan kendaraan listrik dan optimalisasi transportasi publik, juga membantu mengurangi kemacetan, polusi udara, dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Perkembangan Transportasi di Kota Bandung
Pada awalnya kawasan Bandung hanya memiliki jalan setapak yang sehari-hari dilalui oleh alat angkut tradisional seperti tanduk, sapi, kuda, pikulan dan lainnya. Kemudian pada masa kolonial Belanda, dibangun jalan Raya Pos (Grote Postweg) oleh Gubernur Jenderal H.W Daendels untuk menggantikan jalan setapak tersebut. Setelah pembangunan jalan ini dilakukan, barulah muncul berbagai alat transportasi lain. Pada tahun 1890-an sepeda mulai dikenal oleh masyarakat Bandung dan mulai diadaptasi menjadi sarana angkutan barang dan orang melalui pedati. Transportasi lainnya muncul pada pertengahan tahun 1900-an yaitu mobil uap yang merupakan kendaraan pribadi yang sebagian dimiliki oleh petinggi kolonial Belanda. Selain itu mulai muncul sepeda motor yang menarik perhatian banyak orang dan dijuluki sebagai 'kereta setan' karena dapat melaju lebih cepat. Pembangunan jalur kereta api juga mulai dibangun untuk menghubungkan Bandung dengan Batavia (sekarang Jakarta) yang dimulai pada tahun 1884. Kereta api menjadi salah satu moda transportasi utama bagi penduduk dan barang, yang turut mendorong perkembangan ekonomi kota ini. Selain kereta api, kendaraan umum berupa trem juga diperkenalkan di Bandung pada awal abad ke-20. Trem ini beroperasi di sejumlah rute dalam kota dan menjadi pilihan utama bagi warga Bandung yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Â
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, sistem transportasi dibedakan atas dua jenis yaitu layanan angkutan barang yang dilakukan oleh perusahaan transportasi Jawa Unyu Zigyosha dan Zidosha Sokyoku untuk penumpang. Namun pada tahun 1945 ketika Indonesia merdeka, kedua nama tersebut berganti menjadi Djawatan Pengangkoetan untuk angkutan barang dan Djawatan Angkutan Darat untuk angkutan penumpang. Kemudian  kedua djawatan digabung menjadi Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia, yang dikenal dengan singkatan Damri. Damri memiliki tugas utama untuk menyediakan layanan angkutan masyarakat serta mendukung perjuangan kemerdekaan selama Agresi Militer Belanda. Selain itu terdapat pula angkutan dalam kota (angkot) yang menjadi angkutan umum lainnya di Kota Bandung. Seiring dengan perkembangan kota dan peningkatan jumlah penduduk, Bandung mengalami perubahan signifikan dalam hal transportasi. Beberapa jenis transportasi yang ada di Bandung saat ini juga semakin bervariasi meliputi angkutan kota (angkot), bus Trans Bandung, ojek online, taksi, kendaraan pribadi dan lainnya.Â
Transportasi Kota Bandung di masa kini
Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, adalah kota metropolitan terbesar di Jawa Barat dan ketiga terbesar di Indonesia. Kota Bandung berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi pegunungan yang membentuk "Cekungan Bandung." Luas wilayahnya mencapai 16.729,65 hektar, dengan topografi bervariasi dari dataran tinggi di utara hingga dataran rendah di selatan. Selain sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan pariwisata, Bandung terkenal dengan julukan "Parijs van Java" karena keindahan alam dan budayanya, serta perannya sebagai pusat kreativitas dan inovasi. Sebagai kota metropolitan dengan tantangan urbanisasi yang kompleks, transportasi umum di Kota Bandung menghadapi berbagai masalah yang membutuhkan perhatian serius. Meskipun memiliki potensi besar sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan pariwisata, transportasi publik di Bandung masih tertinggal dibandingkan kota-kota besar lainnya. Sistem seperti Trans Metro Bandung dan program sepeda sewa Boseh mengalami penurunan kualitas dan pemanfaatan, mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan pribadi. Hal ini menyebabkan peningkatan kemacetan dan menurunkan efisiensi mobilitas di kota yang dikenal sebagai "Parijs van Java." Untuk mendukung perannya sebagai pusat inovasi dan kreativitas, diperlukan langkah nyata dalam mengembangkan transportasi publik yang lebih andal dan terintegrasi.
Referensi
bandung.go.id. (n.d.). Tentang Kota Bandung. Diakes pada 30 Desember 2024, dari https://www.bandung.go.id/profile
Fatimah, S. (2019). Pengantar transportasi. Myria Publisher.
Kompas. (08 Januari 2023). Soal Transportasi Publik, Bandung Masih Tertinggal Jauh. Diakses pada 30 Desember 2024 dari, https://www.kompas.com/properti/read/2023/01/08/134734921/soal-transportasi-publik-bandung-masih-tertinggal-jauh?page=all