Kronologi Penangkapan Mach Dara
Mach Dara, Seorang Jurnalis terkemuka asal kamboja telah ditangkap oleh pemerintah kamboja pada Selasa, 1 Oktober 2024. Hal tersebut telah memicu kecaman dari berbagai kelompok jurnalistik bahkan hingga media atau organisasi internasional. Para aktivis Hak Asasi Manusia turut serta menyayangkan Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kamboja (The Guardian, 2024). Dara sendiri merupakan seorang jurnalis yang bekerja untuk Voice of Democracy (VOD), sebuah media masa independen di Kamboja. Voice of Democracy sendiri dikenal berani mengangkat isu-isu sensitif, termasuk tuduhan korupsi, pelanggaran Hak Asasi Manusia, dan penyalahgunaan kekuasaan di Kamboja. Penangkapan seringkali dipandang sebagai cara untuk menghambat kebebasan pers di negara yang sedang berjuang melawan penindasan politik dan pembatasan kebebasan berpendapat.
Dilansir dari media Khmer Times, Mach Dara ditangkap karena melanggar undang-undang kejahatan dunia maya yang baru-baru ini diperketat di Kamboja. Penangkapan Dara terkait dengan pemberitaan palsu mengenai korupsi di kalangan pejabat senior pemerintah. Berita palsu tersebut di klaim dia posting di social media pada tanggal 20 hingga 29 September 2024. Berita yang dimuat meliputi proyek infrastruktur, dan penggunaan dana publik. Pemberitaan media ini telah memicu perdebatan sengit di masyarakat, karena berdampak langsung pada kepentingan pemerintah dan menyoroti dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Penangkapan Dara juga dikecam oleh Reporters Without Borders (RSF) serta Amnesty International menganggap ini sebagai serangan terhadap kebebasan pers. Mereka mendesak pembebasan Dara dan perlindungan bagi semua jurnalis di Kamboja yang menghadapi tekanan. Amnesty International juga melihat ini sebagai bagian dari pola penindasan yang lebih luas terhadap jurnalis, aktivis, dan oposisi di negara itu.
Dilansir dari Fresh News, sebuah media pro-pemerintah di Kamboja, pada 24 oktober 2024 Mach Dara mengunggah postingan klarifikasi dan permohonan maaf kepada Hun Sen, Presiden Senat, dan Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja, atas kesalahannya dalam memposting informasi palsu di media sosial. Dalam postingan tersebut termuat video dan surat yang ia jelaskan bahwa Match dara mengakui kesalahannya yang memperkeruh media di Kamboja. Tanggapan terhadap video ini beragam. Di satu sisi, pemerintah Kamboja menyambut baik permintaan maaf tersebut sebagai langkah tepat untuk menghindari kesalahpahaman masyarakat. Namun di sisi lain, komunitas jurnalis internasional dan kelompok Hak Asasi Manusia mengungkapkan bahwa permintaan maaf tersebut mungkin dilakukan di bawah tekanan. Mereka menyoroti bahwa penggunaan tuduhan “informasi palsu” sering kali menjadi alat untuk menekan kebebasan pers dan mengekang kritik terhadap pemerintah di Kamboja.
Penangkapan Mach Dara mencerminkan kondisi kebebasan pers di Kamboja yang semakin menciut, di mana jurnalis sering kali di kriminalisasikan karena meliput isu-isu yang dianggap sensitif oleh pemerintah. Kasus tersebut memperlihatkan dilema yang dihadapi oleh jurnalis di Kamboja, yaitu antara melaksanakan tugasnya sebagai pengawas publik dan risiko besar yang dihadapinya dalam menghadapi tekanan dari pihak berwenang.
Analisis Pemberitaan Media
Perbedaan mencolok nampak dari Pemberitaan media global terkait berita penangkapan Mach Dara tersebut. Media media barat yang memposting berita terkait penangkapan mach dara lebih mengunggulkan kebebasan berekspresi dan Hak Asasi Manusia. Sedangkan media media pro pemerintah Kamboja menekankan kesalahan Mach dara dalam memberitakan informasi palsu. Dimana salah satu media yang pro terhadap pemerintah kamboja seperti Fresh News dan Khmer Times memiliki kedekatan dengan pemerintah dan tidak mementingkan kebebasan ekspresi dan kebebasan pers yang seharusnya diangkat oleh media Internasional.
Narasi narasi yang di bangun oleh media media tersebut juga dapat dilihat seperti The New York Times dan The Guardian memandang penangkapan dan permintaan maaf Dara sebagai bagian dari pola lebih luas dalam menekan jurnalis dan aktivis di Kamboja. Di sisi lain, media Kamboja pro-pemerintah, seperti Fresh News, melaporkan permohonan maaf Dara dengan narasi yang lebih menguntungkan pemerintah. Mereka mengedepankan pengakuan Dara atas kesalahannya dalam menyebarkan "hoax" dan menyoroti sikap pemerintah yang memberi kesempatan bagi Dara untuk meminta maaf sebagai bentuk “pemulihan” reputasi. hal tersebut dapat terjadi karena media media tersebut memiliki Media-Logic tersendiri.
Perbedaan yang mencolok ini menunjukan kontrasnya perspektif media global dalam membingkai pemberitaan tersebut. Menurut Robert N. Entman media global saat ini membentuk cara pandang Masyarakat terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Pendefinisian, Identifikasi dan moralitas yang digunakan media media harus sesuai dengan agenda mereka. Hal tersebutlah yang menjadikan media global saat ini dinilai menjadi aktor penting dalam dunia komunikasi internasional. Narasi antara media barat dan pro pemerintah Thailand dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu dan memiliki sorotan negatif dan kritik terkait isu yang diangkat. Melalui framing ini, masing-masing media dapat mempengaruhi pandangan Masyarakat umum secara berbeda sesuai dengan agenda mereka.
Dalam era global saat ini penting sekali untuk memahami kembali informasi yang di beritakan oleh media. Selain itu sangat penting untuk kitamemahami bagaimana media bekerja dan bagaimana kita dapat menjadi konsumen media yang kritis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI