Mohon tunggu...
khansa rizkiandhita
khansa rizkiandhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki minat dalam kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Taktik Boikot sebagai Gerakan Alternatif Melawan Israel

20 Juni 2024   00:05 Diperbarui: 20 Juni 2024   00:05 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Boikot produk israel menguat, tidak sedikit para influencer atau public figure dari berbagai negara yang mendukung palestina dengan melakukan boikot. Boikot adalah tindakan atau strategi yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau komunitas untuk menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan terhadap suatu entitas, seperti perusahaan, produk, layanan, atau individu, dengan  sengaja menghindari atau menolak untuk terlibat secara aktif dengan entitas tersebut. Boikot yang dimaksud disini adalah boikot terhadap produk yang menyatakan dukungannya kepada israel.

Selain influencer gerakan boikot juga ramai dilakukan di media sosial seperti instagram story. Produk yang paling gencar diboikot salah satunya adalah gerai makanan cepat saji yang  memberikan dukungannnya terhadap israel dengan memberikan makanan gratis kepada militer israel di tengah-tengah perang terhadap hamas. Dampak dari boikot ini adalah terjadinya kerugian yang sangat besar, Di Malaysia, gerai makanan cepat saji itu menyatakan mengalami kerugian sebesar 6 juta ringgit atau setara dengan 20,1 Miliar Rupiah. 

Dampak lain dari boikot ini adalah makin banyak negara yang menyatakan Pro-palestina sehingga dapat memberikan dukungannya terhadap palestina. Mengacu pada data Armed Conflict Location & Events Data Project (ACLED), sebuah organisasi nonpemerintah yang mengkhususkan diri dalam pengumpulan data konflik, sejak 7 Oktober hingga 24 November 2023, setidaknya terdapat 7.283 protes pro-Palestina yang terjadi di lebih dari 118 negara dan wilayah.

Tidak hanya di Indonesia, tetapi negara lain di dunia juga terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap palestina dan melakukan aksi boikot ini. Salah satunya Malaysia, Malaysia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama muslim, tentu saja Malaysia gencar sekali melakukan pemboikotan. Lebih dari 100 gerai perusahaan makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) di Malaysia telah "ditutup sementara" di tengah isu boikot produk yang mendukung Israel. Malaysia Juga melakukan boikot terhadap Starbucks. Starbucks berkontribusi sebesar 91 persen terhadap pendapatan grup Berjaya Food. Akibat dari boikot terhadap starbucks adalah adanya penurunan jumlah konsumen yang signifikan, bahkan pada saat jam sibuk.

Selain Malaysia, negara di dunia yang menyatakan dukungannya terhadap palestina adalah Turki. Berdasarkan data dari hasil studi komprehensif yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Istanbul, aksi boikot di Turki didominasi oleh Gen-Z  yaitu mencapai 50%. Parlemen di Turki mengatakan bahwa minuman Coca-cola dan kopi instan keluaran Nestle akan dihapus dari menu restoran. 

Masjid Agung Nasional juga menyatakan bahwa produk perusahaan yang mendukung israel tidak diizinkan untuk di jual di restoran, kafetaria, dan kedai apapun. Keputusan tersebut dibuat oleh Ketua Parlemen Turki Numan Kurtulmus."(Keputusan itu diambil untuk) mendukung kepekaan masyarakat mengenai pemboikotan produk-produk perusahaan yang secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap kejahatan perang (dan) pembunuhan orang-orang tak berdosa yang dilakukan Israel di Gaza," pernyataan parlemen Turki.

Penyerangan yang dilakukan oleh israel terhadap palestina adalah perbuatan yang menyimpang dari asas kemanusiaan, oleh karena itu itu perlakuan israel sama sekali tidak dapat dibenarkan atau ditoleransi. Sudah seharusnya kita ikut menyatakan dukungan kita terhadap palestina, nyatakan keadilan. Aksi boikot ini merupakan salah satu bentuk dukungan alternatif untuk melawan israel, dengan demikian bijaklah dalam memilih produk yang akan dikonsumsi atau digunakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun