Kasus dugaan kekerasan terhadap murid paud di kota banjarmasin,kalimantan Selatan(kalsel),menjadi korban kekerasan guru. Korban berinisial E (4 Tahun) telah menarik perhatian publik. Terungkap setelah ibunya,RA,menceritakan kejadian tersebut melalui akun instagramnya pada sabtu,berbagai perkembangan terkait kasusu ini mulai terungkap (27/5/23).
RA menyatakan bahwa gurunya diduga melakukan kekerasan terhadap anaknya beberpa bulan sebelumnya. Sejak saat itu,E juga sering mengeluh sakit bahu. Pada awalnya,RA menyatakan bahwa dia menyadari bahwa anaknya mengalami kecelakaan saat bermain di PAUD. Setelah itu,dia mendengar dari saksi bahwa E mengalami kekerasan karena ditarik oleh gurunya.
''Saya baru saja mengetahui kejadian ini''lengkap dengan rekaman suara yang sudah saya simpan''tulis RA di akun instagramnya.
RA juga memberikan obat pereda sakit dan membawa anaknya ke tukang pijat,tetapi akhirnya korban dibawa ke RS Suaka Insan Banjarmasin untuk diperiksa. Hasil rontgen keluar dalam waktu kurang lebih 15 hingga 20 menit. ''Pas dibuka,kaki dan tangan langsung bergetar dan lemas,''.Kata RA ''Ternyata sendi bahu geser atau tulang selangka bahu patah,"
Lapor Kepala PAUD Menurut RA,dia telah menceritakan kejadian yang dialami anaknya itu kepada kepala PAUD. Dia juga berharap dapat bertemu dengan guru yang diduga melakukan kekerasan tersebut secara langsung.''Saya dan suami ingin mengetahui kisah anak saya yang sebenarnya,bukan kisah yang direkayasa.''Kami siap bertemu dengan ibu X.''Kata RA. Namun pada jumat 26 Mei 2023,RA mengatakan bahwa uang sebesar 1 juta rupiah telah masuk ke rekening suaminya dari Yayasan PAUD,meskipun dia dan suaminya tidak pernah memberikan nomor rekening kepada Yayasan.'' Disini kami benar-benar sangat merasa hal ini dianggap sepele,remeh,dan biasa bagi PAUD.'' Pada 26 Mei,Ketua yayasan PAUD tiba-tiba mengirimkan uang Rp.1 Juta setelah RA melaporkan ke Polda dan UPTD PPA.''
Melalui akun instagramnya,korban RA mengungkapkan kondisi anaknya setelah diduga menjadi korban kekerasan guru PAUD.
Menurutnya,kondisi fisik anaknya telah membaik,tatpi kejadian tersebuat masih menyebabkan trauma pada korban. Bahkan,RA mengatakan bahwa anaknya masih takut ketika mendengar lagu-lagu yang dapat dimainkan di PAUD ATAU TK. ''Jadi tahun ini RA tidak mensekolahkan karena masih sangat takut dengan sekolah,tetapi RA membuat kelas kecil di rumah untuk membantu anaknya mengatasi traumanya dan mempersiapkan mereka untuk kembali ke sekolah. Dia menyimpulkan,''Kami sekarang menunggu penetapan tersangka.''
Dengan adanya kasus kekerasan yang dialami bocah berusia 4 tahu,E,dapat dilakukan dengan menggunakan teori perkembangan anak usia dini,seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Piaget anak-anak usia dini (tahap praoperasional,sekitar 2-7 tahun) sedang mengembangkan kemempuan kognitif mereka,termasuk berpikir simbolis dan memahami konsep-konsep dasar.Â
Pemahaman terhadap pengalaman mungkin membuat E belum sepenuhnya memahami alasan di balik kekerasan yang dialaminya. Pengalaman trauma ini dapat mengganggu perkembangan kognitifnya,membuat E sulit untuk membedakan anatara permainan dan situasi bahaya. Nah dengan ketakutan E terhadap lagu-lagu yang biasa diputar di PAUD menunjukkan bahwa ia mengaitkan dengan musik tersebut dengan pengalaman trauma tersebut,ini juga dapat mempengaruhi cara dia memhami dan memproses lingkungan sekitarnya. Gejala seperti ketakutan,kecemasan,dan sulit tidur dapat muncul,ketakutan E terhadap lagu-lagu PAUD dapat dianggap sebagai salah satu gejala PTSD (Ganggauan Stres Pasca Trauma).
Adapaun Erikson mengemukakan bahwa anak-anak usia dini berada dalam tahap''inisiatif vs Rasa Bersalah''. Karena pengalaman kekerasan,E mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan inisiatif. Ketakutannya untuk kembali ke sekolah dan berinteraksi dengan temanya dapat menghambat perkembangan sosialnya.