Indonesia Menjadi Fatherless Country, Bagaimana Peran Ayah dalam Kehidupan Anak?
Orang tua merupakan orang yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak. Namun, saat ini Indonesia dihadapkan pada kondisi dimana banyak anak yang luput dari perhatian orang tuanya terutama ayah. Bahkan saat ini Indonesia sering dijuluki sebagai negara Tanpa Ayah atau Fatherless Country.Â
Fatherless adalah tekanan emosional yang diakibatkan dari kehilangan sosok ayah, baik secara fisik maupun psikis. Psikolog asal Amerika Edward Elmer Smith mengatakan bahwa Fatherless Country berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Sedangkan Fatherless Country menurut Psikolog UGM, Diana Setiyawati, SPsi, MHSc, PhD, Psikolog, adalah suatu negara dengan masyarakatnya minim peran atau keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan anak.
"Fatherless ini menjadi fenomena yang sudah dirasakan bersama di mana peran ayah bisa dikatakan minim," tuturnya dalam situs UGM dikutip Selasa (23/5/2023). Diana melanjutkan, dalam pengasuhan anak dibutuhkan keterlibatan berimbang antara ayah dan ibu. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi juga dilakukan oleh ayah.
Namun, sayangnya karena berbagai macam faktor, banyak sosok ayah sering luput dalam memperhatikan anaknya. Diantaranya adalah karena budaya patriarki yang menganggap bahwa mengueus anak adalah peran ibu dan bukan ayah, padahal peran ayah dan ibu ini sama pentingnya dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak.Â
Ayah seharusnya berperan dalam mengajarkan anak skill problem solving yang tepat, mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai penting sebagai bekal di masa depan, membimbing anak agar mengetahui perilaku yang benar dan salah, serta peran-peran lainnya yang bertujuan membimbing dan mengarahkan anak dalam proses tumbuh kembangnya.Â
Apabila anak tidak merasakan peran-peran ayah yang seperti demikian, banyak dampak negatif yang akan dirasakan oleh sang anak terutama secara psikologis. Dampak negatifnya antara lain adalah rendahnya self-esteem anak, yakni pandangan subjektif seseorang tentang diri sendiri secara keseluruhan, dan juga risiko munculnya psikopatologi pada anak. Psikopatologi adalah kajian ilmiah mengenai gangguan jiwa atau perilaku. Salah satunya kecanduan terhadap zat ataupun aktivitas yang menimbulkan kesenangan seperti kecanduan gadget, game online, napza, rokok dan lainnya. Bisa juga berupa gangguan perilaku menyimpang , gangguan perilaku seksual dan gangguan mood serta bunuh diri.Â
Dengan demikian, kita perlu merefleksikan kembali pentingnya peran ayah dalam proses tumbuh kembang kehidupan anak dengan memberikan edukasi mendalam kepada laki-laki bahwa mengurus dan mendampingi anak bukan hanya tugas perempuan sebagai ibu namun merupakan tugas bersama kedua orang tua. Sehingga nanti, Indonesia tak lagi disebut sebagai Fatherless Country.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H