Mohon tunggu...
Sofia Khansa
Sofia Khansa Mohon Tunggu... Sekretaris - Secretary

Menulis apa yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Energi di Festival Musik: Bisakah Energi Terbarukan jadi Solusi?

22 September 2024   18:08 Diperbarui: 22 September 2024   18:25 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transisi energi berkeadilan adalah konsep yang menekankan peralihan dari penggunaan energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) dengan cara yang inklusif dan adil bagi semua sektor, termasuk industri kreatif. Salah satu contoh dalam industri kreatif yang sangat tergantung pada energi listrik adalah festival musik. Festival musik umumnya memerlukan konsumsi energi yang besar untuk keperluan pencahayaan, tata suara, serta berbagai perangkat teknologi lainnya. Sumber listrik yang paling umum digunakan adalah dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) karena stabilitas dan aksesibilitasnya yang tinggi. Namun, muncul tantangan tersendiri ketika berbicara mengenai transisi menuju penggunaan EBT dalam penyelenggaraan acara berskala besar seperti ini.

Ketergantungan pada jaringan listrik PLN tidak hanya disebabkan oleh ketersediaan pasokan, tetapi juga keamanan operasional. Pada festival musik yang melibatkan ribuan hingga puluhan ribu penonton, kebutuhan akan aliran listrik yang stabil menjadi faktor krusial untuk memastikan acara dapat berjalan dengan lancar. Gangguan pasokan listrik dapat berakibat pada rusaknya keseluruhan pengalaman penonton dan bahkan menimbulkan kerugian finansial yang signifikan bagi penyelenggara. Hal ini menyebabkan penyelenggara acara masih merasa perlu mengandalkan jaringan listrik PLN untuk menjamin kelancaran operasional festival.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur energi baru terbarukan juga menjadi salah satu kendala utama. Meskipun teknologi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau biomassa semakin berkembang, penggunaannya dalam acara berskala besar seperti festival musik masih terbatas. Salah satu alasannya adalah biaya investasi awal yang cukup tinggi serta keterbatasan teknologi ini dalam memenuhi kebutuhan listrik besar dan terus-menerus selama acara berlangsung. Pada beberapa festival yang sudah mencoba memanfaatkan energi terbarukan, penggunaannya sering kali bersifat simbolis, seperti hanya untuk pencahayaan dekoratif atau perangkat komunikasi. Untuk operasional utama, energi dari PLN atau generator berbahan bakar fosil tetap menjadi pilihan utama.

Selain itu, sumber energi terbarukan cenderung bersifat statis. Misalnya, panel surya memerlukan paparan sinar matahari yang cukup, sementara turbin angin memerlukan area dengan aliran angin stabil. Festival musik, yang sering kali digelar di lokasi yang berbeda-beda---baik di kota besar maupun daerah terpencil---membutuhkan fleksibilitas dalam hal sumber energi. Kondisi ini membuat penerapan energi terbarukan dalam skala besar menjadi tantangan, karena tidak semua lokasi mendukung infrastruktur yang dibutuhkan oleh EBT.

Namun demikian, ada beberapa peluang yang bisa diambil untuk mendukung transisi energi di sektor festival musik. Salah satunya adalah pendekatan hibrida, di mana festival menggunakan kombinasi antara listrik dari PLN dan energi terbarukan. Penggunaan panel surya portabel, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi non-kritikal, seperti pencahayaan tenda atau fasilitas pendukung lainnya. Pendekatan ini telah diterapkan di beberapa festival internasional, seperti Glastonbury di Inggris, yang menggabungkan energi terbarukan dengan biofuel.

Kerjasama dengan perusahaan teknologi energi terbarukan juga dapat menjadi solusi. Penyelenggara festival dapat bekerja sama dengan penyedia teknologi EBT untuk menguji coba penerapan energi bersih pada bagian tertentu dari festival. Selain itu, festival musik juga dapat mengusung tema keberlanjutan sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Dengan mengadopsi konsep ini, festival tidak hanya menggunakan teknologi energi terbarukan, tetapi juga menerapkan praktik ramah lingkungan lainnya, seperti pengurangan sampah plastik dan penggunaan material daur ulang.

Peran pemerintah juga sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung transisi energi berkeadilan. Kebijakan yang mendukung insentif bagi penyelenggara acara yang menggunakan energi terbarukan, seperti pemberian subsidi atau keringanan pajak, dapat menjadi dorongan besar bagi industri kreatif untuk beralih ke energi bersih. Dengan adanya dukungan ini, sektor festival musik dapat mulai menerapkan langkah-langkah menuju penggunaan energi baru terbarukan tanpa mengorbankan kebutuhan operasional.

Meskipun penggunaan energi terbarukan secara penuh di festival musik mungkin belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat, transisi energi berkeadilan dapat dilakukan secara bertahap. Langkah kecil melalui pendekatan hibrida dan inovasi teknologi merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan energi terbarukan dalam industri kreatif. Dengan kolaborasi yang tepat antara berbagai pihak, festival musik dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi jejak karbon dan mendorong penggunaan energi bersih di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun