Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang masih menjadi sorotan dalam berbagai masyarakat. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan merupakan salah satu aspek utama dari kesenjangan sosial tersebut. Hal ini tercermin dalam pola-pola ketidakmerataan distribusi sumber daya di masyarakat, yang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kekuasaan, agama, status sosial, ras, etnis, gender, dan lain sebagainya.
Di tengah realitas ini, Nurokhim, seorang pria asal Depok, hadir dengan inisiatif luar biasa: pendirian Sekolah Master Indonesia, sebuah lembaga pendidikan alternatif yang bertujuan memberikan akses pendidikan kepada masyarakat yang terpinggirkan. Sejak awal berdirinya pada tahun 2000, Sekolah Master telah menjadi tempat yang memberikan harapan bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah.
Berlokasi di belakang Terminal Depok, Sekolah Master Indonesia awalnya hanya menggunakan emperan masjid sebagai tempat belajar. Namun, dengan semangat dan dedikasi, tempat ini kini telah bertransformasi menjadi bangunan yang terbuat dari susunan kontainer yang dihiasi dengan warna-warni ceria.
Motivasi Nurokhim untuk mendirikan Sekolah Master muncul dari kesadarannya akan ironi pendidikan di Depok. Meskipun terdapat kampus-kampus megah di kota tersebut, namun angka putus sekolah tetap tinggi. Dari sinilah, ia bersama dengan teman-teman dari remaja masjid mulai menggagas konsep pendidikan alternatif untuk menyasar masyarakat marjinal.
Sekolah Master Indonesia memiliki fokus pada lima kelompok siswa, termasuk anak jalanan, anak terlantar, anak berkebutuhan khusus, anak dari keluarga kurang mampu, dan anak yang berhadapan dengan masalah hukum. Dengan program pembelajaran seperti SMP, SMA terbuka, dan sekolah paket A, B, dan C yang telah terakreditasi B, Sekolah Master Indonesia bertekad memberikan pendidikan yang berkualitas kepada semua siswanya.
Pentingnya pendidikan inklusif yang ditawarkan Sekolah Master tidak hanya dilihat dari segi akademis semata, tetapi juga dari perspektif kesejahteraan dan kesehatan siswa. Untuk menghidupkan visi ini, Sekolah Master mengandalkan dana pribadi serta dukungan dari berbagai donatur, baik dari sektor swasta, perorangan, maupun lembaga pemerintah. Kolaborasi dengan akademisi, praktisi, dan dosen juga menjadi salah satu strategi Sekolah Master dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka tawarkan.
Melalui pendidikan yang diberikan, Sekolah Master Indonesia berharap dapat membekali para siswanya dengan keterampilan yang memadai untuk bersaing di dunia kerja. Namun, lebih dari itu, Sekolah Master juga ingin menyuarakan pentingnya perlindungan dan kesetaraan hak bagi setiap anak di negara ini. Dalam pandangannya, pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab seluruh organisasi perangkat daerah untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan haknya tanpa diskriminasi.
Dengan semangat inklusifnya, Sekolah Master Indonesia membawa harapan baru bagi masyarakat marjinal, membuktikan bahwa pendidikan adalah hak setiap anak, tanpa terkecuali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H