Mohon tunggu...
Blue Orchid
Blue Orchid Mohon Tunggu... -

Hanya Mahasiswa Semester akhir yang hobi nulis...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Antara Emansipasi dan Fitrah wanita

20 Januari 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13270562901671214724

Oleh: Suhartiningsih [caption id="attachment_165009" align="aligncenter" width="400" caption="Bukan seperti ini yang kartini inginkan"][/caption] Globalisasi dunia membuat wanita juga ingin mengambil peran penting dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Terjun langsung dalam sistem politik dan pemerintahan bukan hal yang baru lagi bagi wanita di zaman sekarang. Hampir di seluruh dunia wanita menuntut tidak adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki ataupun wanita yang sering di analogikan sebagai "Emansipasi Wanita". Dengan mengatasnamakan emansipasi, wanita bisa menjadi Presiden, wanita bisa menjadi Direktur Utama, wanita bisa turun ke jalan dan mengeskpresikan diri dalam menolak kebijakan2 pemerintah dan wanita bisa menjadi pemimpin keluarga. Tapi, benarkah wanita bisa? bagaimana dengan fitrah wanita sebagai istri dan pendidik calon-calon pemimpin nantinya?.... Emansipasi seperti apapun, wanita tetaplah wanita. Wanita tidak boleh melupakan fitrahnya sebagai wanita, menyusui.. melahirkan.. dan membesarkan anak-anak untuk menjadi orang yang lebih baik.  Disibukkan dengan target mencapai jenjang karir yang tinggi tidak jarang membuat mereka tidak memikirkan tentang pernikahan. Juga keinginan membuktikan bahwa wanita jauh lebih baik daripada pria merekapun melupakan fitrahnya sebagai wanita. Tapi sadar atau tidak, wanita tidak akan bisa menjadi pria. Fitrah seorang pria adalah menjadi seorang pemimpin, baik dalam pekerjaan ataupun dalam rumah tangga. Kestabilan emosi membuat pria lebih pantas menjadi pemimpin wanita. Bukannya wanita tidak bisa menjadi pemimpin, tapi ada hal-hal yang tidak bisa disamakan antara pria dan wanita. Tidak stabilnya emosi wanita terutama disaat-saat tertentu bisa jadi membuat ketidakstabilan kerja orang-orang yang dipimpinnya. Tidak ada yang salah dengan emansipasi, wanita mempunyai hak memilih hidupnya sendiri. Tapi tetap harus ingat fitrahnya sebagai wanita...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun