Sejak dahulu Gresik menduduki tempat tinggi dalam kesejahteraan rakyatnya. Bukan saja karena pelabuhannya, yang menjadi lalulintas perdagangan antar-pulau dan internasional, kerajinan rakyatnya yang mencapai tingkat tinggi, juga karena jadi daerah perikanan terbaik di seluruh Jawa Timur; antaranya jadi sentra produksi bandeng. Jalan Raya Pos atau lebih di kenal Jalan Daendels, membentang sepanjang 1.000 kilometer sepanjang utara pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan, di laksanakan atas perintah Maarschalk en Gouverneur General, Mr. Herman Willem Daendels. Rampung dan mulai digunakan tahun 1809. Dari banyaknya kota yang dilalui, Gresik adalah salah satu daerah yang dilalui jalan tersebut. Di kisahkan dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendles karya Pramoedya, lima kilometer di selatan kota Sidayu (entah yang dimaksud ini Sidayu lawas/Lamongan atau Sidayu Baru/kec.Sidayu), Jalan Raya Pos harus menyeberangi Bengawan Solo, dan barang 22 kilometer ke selatan sampailah di Gresik, sebuah kota tua, juga Bandar tua pada selat yang memisahkan Jawa dari Madura. Lebih rinci lagi diterangkan oleh Dukut Imam Widodo, bahwa Jalan Raya Daendels membentang mulai Tlogopojok- Dusun Meduran, Desa Roomo, Dusun Sekarsore, Desa Sukomulyo...bablas ke Sembayat, Tuban dan seterusnya (Grissee Tempo Doeloe hlm. 535). Kala itu, ribuan penduduk kota Grissee (Nama Gresik tempo dulu) meninggal lantaran diperintahkan untuk kerja paksa atau rodi dalam pelaksaan pembangunannya. Suatu hari, dari Surabaya Mr. Herman Willem Daendles mengadakan sidak (kalau sekarang istilahnya blusukan) ke Grissee. Ia menemukan ada sebuah jembatan yang belum selesai pembangunannya. Ia pun marah, dengan pongah mengatakan tidak mau tahu, pokoknya ia harus melewati jembatan itu. Alhasil pengawas pembuatan jembatan kalang kabut bingungnya. Dengan nada dingin Daendles langsung memerintah si pengawas tersebut mengumpulkan para pekerja untuk berdiri di bawah jembatan sebagai penyangga jembatan itu. Maka, jadilah 'jembatan manusia'. Dan dengan mengunakan kereta kuda, Daendles pun 'tapa dosa' melenggang santai melewatinya. Setahun sebelum kedatangan Gubenur Jenderal Marsekal Daendels, Inggris telah menghancurkan pelabuhan Gresik dan sebagian armada Belanda di bawah Hartsinck di perairan pelabuhan. Semasa Daendels, kota yang mashur akan kerajinan kuningan dan perunggu ini disulap menjadi sentra pembikinan bedil, seiring dengan Semarang yang di sulap olehnya menjadi produsen peluru. Kini Gresik menjadi kota Industri, asap membumbung di mana-mana. *Tulisan ini merupakan olahan tulisan saya di http://gresiktrip.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H