Mohon tunggu...
Khanatul Marufa
Khanatul Marufa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Kampus Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Kasus Dilihat dari Kacamata Realisme Klasik dan Neorealisme

5 November 2023   15:29 Diperbarui: 5 November 2023   15:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REALISME KLASIK

Realisme klasik merupakan teori yang menekankan bahwa negara adalah aktor utama dan tujuan utama negara adalah menjaga keamanan nasional sebagai tujuan kelangsungan hidup. Realisme klasik menekankan bahwa suatu negara akan mengutamakan kepentingan nasionalnya di atas kepentingan negara lain ketika menjalin hubungan internasional. Pandangan pesimistis terhadap hubungan internasional ini telah melahirkan formulasi sistematis yang beroperasi dengan berbagai nama seperti "realisme, realpolitik, atau politik kekuasaan".

Perang Teluk Kedua pada tahun 1990-1991 dapat menjadi contoh realisme klasik dimana perang ini terjadi ketika Irak menyerang Kuwait dan mengklaim Kuwait sebagai wilayah Irak. Amerika Serikat dan sekutunya kemudian membentuk koalisi untuk mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Jika dilihat dari sudut pandang realisme klasik, tindakan Amerika merupakan tindakan yang bertujuan membela kepentingan nasional dan keamanan negara. Amerika Serikat dan sekutunya memandang kehadiran pasukan Irak sebagai ancaman terhadap kepentingan nasionalnya karena dalam realisme klasik negara-negara akan berusaha mempertahankan negaranya agar kelangsungan hidup dapat terus berlanjut dalam sistem internasional yang anarkis.

NEOREALISME DEFENSIVE

Neorealisme defensive adalah teori struktural yang diambil dari teori hubungan internasional aliran realis. Teori ini menyatakan bahwa ekspansi agresif mengubah kecenderungan negara untuk menganut teori keseimbangan kekuasaan, sehingga mengurangi nilai tujuan utama negara, yaitu menjamin keamanan nasionalnya. Neorealisme defensive tidak menyangkal adanya konflik antar negara atau tidak adanya pemicu pemekaran negara, namun menyatakan bahwa pemicu tersebut bersifat sporadis, bukan endemik.

Amerika Serikat baru-baru ini mengubah kebijakan luar negerinya karena meningkatnya kekuatan militer Tiongkok dan Korea Utara, serta konflik di kawasan. Dari perspektif defensive neorealis, pergeseran ini dapat dilihat sebagai respons terhadap perubahan keseimbangan kekuasaan di kawasan. Ketika Tiongkok dan Korea Utara menjadi lebih kuat, Amerika Serikat mungkin merasa terancam dan berusaha menjaga keamanannya sendiri dengan meningkatkan kehadiran militer dan aliansinya di wilayah tersebut. Hal ini dapat dilihat sebagai langkah defensive untuk menjaga keseimbangan kekuatan dan mencegah potensi agresi dari negara-negara tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa neorealisme hanyalah sebuah perspektif dan mungkin ada faktor lain yang berperan dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

NEOREALISME OFFENSIVE

Neorealisme offensive merupakan suatu aliran dalam teori hubungan internasional yang beranggapan bahwa semua negara di dunia internasional yang anarkis mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjamin kelangsungan hidupnya, yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik dengan negara lain.

Contoh kasus neorealisme offensive adalah Pengembangan Anti-Satelit Tiongkok. Dalam kasus ini, Tiongkok dianggap sebagai negara yang berusaha memperluas pengaruh dan kekuasaannya di dunia internasional melalui pengembangan teknologi anti-satelit. Dalam pandangan offensive neorealisme, tindakan ini dapat dianggap sebagai upaya Tiongkok untuk memperkuat posisi sebagai kekuatan besar di dunia internasional dan mengancam keamanan nasional negara-negara lain yang memiliki satelit di orbit. Dalam melihat neorealisme offensive, negara selalu berusaha untuk memperluas pengaruh dan kekuasaannya di dunia internasional. Oleh karena itu, tindakan Tiongkok dalam mengembangkan teknologi anti-satelit dapat dianggap sebagai upaya untuk memperkuat posisi sebagai kekuatan besar di dunia internasional dan mengancam keamanan nasional negara-negara lain yang memiliki satelit di orbit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun