Mohon tunggu...
Khamada Mujahid Nur Rulloh
Khamada Mujahid Nur Rulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sains Al-Quran

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Malino Akhir dari Tragedi Berdarah Poso

12 Januari 2025   18:37 Diperbarui: 12 Januari 2025   18:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com

Dengan komunikasi yang terbuka pengenalan budaya yang berbeda serta upaya untuk membangun serta menumbuhkan pemahaman dan toleransi yang lebih besar baik antar kepercayaan antar budaya serta antar etnis yang ada. Akhir dari konflik ini ditandai dengan deklarasi Malino yang di prakarsai oleh Mentri Koordinator Bidang kesejahteraan rakyat Republik Indonesia saat itu yaitu Jusuf kalla

Deklarasi ini di sepakati pada 20 Desember 2001 di Malino, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, perjanjian ini mempertemukan pihak umat Kristiani dan Umat islam yang bentrok di poso pada tahun 1998 sampai tahun 2001 yang dikenal sebagai kerusuhan poso.

Dengan menyepakati beberapa isi yang ada di deklarasi Malino ini harapannya tidak ada lagi konflik yang terjadi, beberapa contoh isi dan butir deklarasi malino ini adalah menghentikan segala jenis dan bentuk konflik serta perselisihan yang ada, mematuhi hukum yang berlaku, menjaga kedamaian antar umat beragama, menjalankan Syariat agama masing masing, mengembalikan hak dan kepemilikan kepada pemilik yang sah, mengembalikan saran dan prasarana ekonomi, menciptakan suasana damai dengan saling menghormati dan memaafkan.

Tragedi Poso juga menunjukkan bahwa perdamaian adalah hasil dari proses yang melibatkan semua bagian masyarakat. Untuk menjaga keberagaman, pemerintah, tokoh agama, komunitas dan individu sangat berperan penting. Serta, untuk memahami bahwa perbedaan adalah kekuatan bukan ancaman menjadi kunci untuk masa depan yang aman bagi generasi muda. Selain itu dengan mengambil pelajaran dari masa lalu, generasi berikutnya dapat mewujudkan Bhineka Tunggal Ika sebagai nilai yang tidak hanya diucapkan tetapi juga dihayati dan diamalkan dalam sendi sendi kehidpuan sehari hari.

Kita selaku generasi muda harus menjadikan pelajaran bahwa perbedaan sesunggguhnya adalah suatu anugrah sehingga dengan perbedaan dan keragaman inii kita bisa saling mengenal saling mendukung serta saling memahami satu dengan yang lain, jadikan sebuah perbedaan itu suatu semangat untuk saling bergotong royong, Khamada Mujahid Nur Rulloh Mahasiswa ilmu politik semester 3 yang sedang berusaha mengejar cita citanya menjadi seorang sarjana  walaupun sempat gap year 4 tahun tetapi tidak mematahkan semangat untuk belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun